Pasar Kripto Menguat Imbas Turunnya Laju Inflasi

123rf.com/traviswolfe
Ilustrasi bitcoin, crytocurrency, mata uang kripto
Penulis: Lona Olavia
25/1/2023, 12.10 WIB

Memasuki tahun 2023 pasar kripto menunjukkan optimismenya dengan adanya kenaikan harga di tengah berbagai tekanan. Dirangkum dari analisis pasar mingguan dari tim Pintu Academy, sepekan terakhir terdapat beberapa faktor yang memengaruhi harga kripto. Diantaranya turunnya inflasi hingga perkiraan suku bunga yang akan naik.

Terkait kenaikan suku bunga, berdasarkan jajak pendapat Reuters pekan lalu, mayoritas ekonom di Amerika Serikat memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan berikutnya.

Pergerakan pasar kripto pekan lalu merangkak naik dan saat ini berada di atas garis resistensi Moving Average (MA) 200 minggu. Berdasarkan data Coinmarketcap pukul 12.00 WIB Bitcoin dalam sepekan naik 6,35% ke posisi US$ 22.638,18. Namun Ethereum dalam sepekan justru turun 2,32% ke US$ 1.547,63. 

Menurut Chief Marketing Officer PINTU Timothius Martin, hal ini merupakan indikasi positif di mana sebelumnya hampir empat bulan lamanya pasar kripto berada di bawah garis resistensi tersebut.

Adapun dari sisi grafik harian, indikator Relative Strength Index (RSI) suatu indikator yang menentukan kondisi pasar sedang overbought atau oversold menunjukkan bahwa aset kripto Bitcoin (BTC) saat ini tengah overbought. Yaitu kondisi di mana harga sudah mengalami kenaikan signifikan dan telah mencapai titik jenuh. Dampak dari indikator tersebut diperkirakan akan ada kemungkinan pembalikan harga dalam jangka pendek dan BTC harus mengonfirmasi pada titik support di harga US$ 19.500 dan US$ 18.000 sebelum kemungkinan adanya kenaikan harga.

“Performa aset kripto awal tahun 2023 berangsur positif, namun Bitcoin dan Ethereum saat ini berada di dekat titik resistensi, sehingga pergerakan pasar masih perlu dipantau karena sangat penting dalam menentukan arah investasi pada jangka pendek maupun menengah,” kata Timothius dalam risetnya, Rabu (25/1).