Tingginya kebutuhan bahan baku baterai listrik di tengah tren industri kendaraan listrik membuat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham entitas nikel Harita Group, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mengalami kelebihan permintaan atau oversubcribed.
Menurut sumber, IPO Harita Nickel mengalami kelebihan permintaan sebanyak tujuh kali. "Asingnya mayoritas, seperti dari Asia, Eropa, Amerika," katanya, Selasa (11/4).
Perusahaan yang dimiliki oleh orang terkaya ke-6 di Indonesia Lim Hariyanto Wijaya Sarwono tersebut sebagai informasi telah menuntaskan masa penawaran umum yang yang telah digelar pada 5-10 April 2023. NCKL juga menyelesaikan penjatahan (allotment) pada Senin (10/4) kemarin.
Harita Nickel mematok harga IPO sebesar Rp 1.250 per saham. Harga itu merupakan batas tertinggi saat perseroan menggelar penawaran awal (bookbuilding) dengan rentang harga penawaran Rp 1.220-1.250 per sahamnya.
Merujuk prospektus, NCKL menggelar distribusi saham secara elektronik pada Selasa (11/4) ini. Kemudian NCKL akan melakukan pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (12/4) esok pagi.
Dalam aksi korporasi itu perseroan melepas sebanyak 7,99 miliar saham atau 12,67%. Jumlahnya di bawah batas maksimal sebanyak-banyaknya 12,09 miliar saham. Dengan demikian emiten yang bergerak di bisnis pertambangan bijih nikel ini akan meraih dana segar sebanyak Rp 9,99 triliun.
Perseroan juga akan mengalokasikan saham sebesar 0,44% dari jumlah saham IPO untuk program employee stock allocation (ESA), yaitu sebanyak 35 juta saham dengan harga pelaksanaan sama dengan harga IPO.
Dana dari IPO akan digunakan perseroan sekitar 8,4% untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Harita Jayaraya, sekitar 9,4% untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Dwimuria Investama Andalan, sekitar 23,6% untuk pembayaran seluruh utang kepada OCBC dan PT Bank OCBC NISP Tbk.
Sekitar 1,4% untuk pembayaran seluruh utang outstanding fasilitas term loan 1 dan 3 kepada OCBC NISP. Lalu 3,3% untuk belanja modal dan 3,5% untuk modal kerja. Sementara mayoritas dana IPO sebesar 50,4% untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui setoran modal dan pinjaman.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah BNP Paribas Sekuritas, Citigroup Sekuritas, Credit Suisse Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas. Sedangkan penjamin emisi efek ialah DBS Vickers Sekuritas, OCBC Sekuritas, serta UOB Kay Hian Sekuritas.
Perseroan juga menjanjikan pembagian dividen setelah melantai di BEI. NCKL akan membagikan dividen kepada pemegang saham minimum 30% dari laba bersih. Pembagian dividen menggunakan tahun buku 2022 yang akan dibagikan pada tahun 2023.
Mengintip kinerja keuangan, laba periode berjalan NCKL melesat 207,95% dari Rp 1,39 triliun per November 2021 menjadi Rp 4,30 triliun per 30 November 2022. Laba per saham ikut naik dari Rp 23,16 menjadi Rp 78,63 per saham.
Sementara itu dengan dana IPO yang diraih, maka IPO Trimegah Bangun Persada akan menjadi yang terbesar di 2023. Angkanya menyalip IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang meraih Rp 9,05 triliun pada Februari lalu.
IPO Harita Nickel juga akan menjadi yang terbesar ke-5 setelah Bukalapak (BUKA) senilai Rp 21,9 triliun, Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel (MTEL) Rp 18,79 triliun, PT Goto Gojek Tokopedia (GOTO) Rp 13,72 triliun dan Adaro Energy Indonesia (ADRO) Rp 12,24 triliun.