Wall Street ditutup melemah Senin (27/6). Analis menilai, investor berhati-hati bertaruh pada aset berisiko karena sentimen pemberontakan tentara bayaran Rusia.

Pemberontakan tentara bayaran Rusia menimbulkan pertanyaan tentang masa depan Presiden Vladimir Putin. Sementara Putin pada Senin mengucapkan terima kasih kepada tentara bayaran dan komandan yang mundur untuk menghindari pertumpahan darah.

Selain itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat atau AS mengatakan situasi di Rusia tetap dinamis. 

Akibat kondisi tersebut, Wall Street tertekan. Saham dengan bobot terbesar pada indeks utama, seperti Meta Platforms Inc, Alphabet Inc dan Tesla Inc turun tajam.

Pekan lalu, saham AS tertekan setelah reli baru-baru ini, dengan saham teknologi di Nasdaq tertekan setelah naik selama delapan minggu.

Terhentinya tren kenaikan saham teknologi di Nasdaq terjadi setelah Gubernur bank sentral Amerika, The Fed Jerome Powell mengisyaratkan lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan. 

Sebagian besar pembuat kebijakan memperkirakan setidaknya dua kenaikan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada akhir tahun ini.

Selain itu, ketidakpastian di pasar muncul di tengah periode pelaporan keuangan. Hal ini mendorong aksi ambil untung dari saham-saham yang tumbuh tajam sepanjang tahun ini. 

Dow Jones Industrial Average turun 12,72 poin atau 0,04% menjadi 33.714,71. Lalu S&P 500 kehilangan 19,51 poin atau 0,45% ke level 4.328,82. Nasdaq Composite turun 156,74 poin atau 1,16% ke posisi 13.335,78. 

Meski begitu, indeks sektor energi atau .SPNY menguat 2,2%. Ini karena harga minyak naik.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail