Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rata-rata nilai transaksi harian sampai dengan 9 Agustus 2023 mencapai Rp 10,24 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan dibanding rata-rata transaksi sepanjang tahun 2022 senilai Rp 14,7 triliun. Sedangkan, di tahun ini, BEI memasang target rata-rata transaksi harian Rp 14,75 triliun.
Di sisi lain, kinerja IHSG sejak awal tahun sampai dengan 9 Agustus 2023 meningkat 0,36% ke level 6.875,11. Rata-rata volume transaksi harian bursa mencapai 18,5 miliar saham dengan frekuensi mencapai 1,24 juta kali. Sementara, dari sisi kapitalisasi pasar bursa mencapai rekor tertingginya pada 26 Juli 2023 di level Rp 10.078 triliun.
Menyikapi hal ini, BEI memang belum berencana untuk merevisi target rata-rata nilai transaksi harian di semester kedua 2023. Otoritas bursa justru merevisi jumlah instrumen pencatatan efek hingga akhir 2023 meningkat menjadi 200 instrumen dibanding target awal tahun sebanyak 70 pencatatan efek.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengaku tetap optimis kinerja IHSG tetap akan naik hingga akhir tahun. Salah satu indikatornya, nilai kapitalisasi pasar yang mencapai rekor melampaui Rp 10.000 triliun. Di sisi lain, pencatatan emiten baru akan makin mengerek kapitalisasi bursa.
"Ketika ada IPO baru, maka jumlah sahamnya jadi banyak. Kalau bilang optimis sampai akhir tahun optimis. Bukan mustahil untuk lebih tinggi dari Rp 10.000 triliun," ujar Iman, dalam konferensi pers di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (10/8).
OJK sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum sebanyak 141 dengan total emisi sebesar Rp 165,22 triliun hingga 9 Agustus. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengakui, aktivitas penghimpunan dana melalui pasar modal di tahun ini akan lebih berat karena terimbas sentimen tahun politik dan risiko eksternal.
“Tahun ini akan lebih berat dari tahun lalu. Tahun lalu Rp 233 triliun, tahun ini kita target Rp 200 triliun yang tentunya melihat potensi 2023 berbeda. Global beresiko lalu ada Pemilu, jadi kami menurunkan targetnya,” ucap Inarno.