Halving Bitcoin 2024, Tokocrypto Ramal Harga BTC Lampaui US$ 29.000

Unsplash/Aleksi Raisa
Ilustrasi Bitcoin
Penulis: Syahrizal Sidik
29/9/2023, 18.15 WIB

Investasi aset kripto diramal bakal mendapat sejumlah katalis di tahun depan. Sentimen Bitcoin halving yang akan terjadi di tahun depan perlu dicermati pasar.

Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto, Wan Iqbal menuturkan, halving merupakan proses di mana hadiah untuk menambang Bitcoin dibagi dua telah historis mengakibatkan kenaikan harga signifikan.

"Momen pemilihan umum di 2024 juga akan menjadi pendorong sentimen positif bagi industri kripto di Indonesia," kata Wan Iqbal, dalam keterangan tertulis, Jumat (29/9).

Wan menambahkan, saat investor menimbang Bitcoin sebagai aset investasi, tak bisa tidak membandingkannya dengan emas dan saham. Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven alam dunia investasi, sementara saham menawarkan pertumbuhan dan dividen.

Namun, dengan momentum yang akan datang di tahun 2024, yakni Bitcoin Halving, potensi kenaikan harga Bitcoin diprediksi akan jauh lebih tinggi. Sebab itu, bukan tidak mungkin, harga aset kripto Bitcoin yang saat ini mengalami koreksi bisa kembali bangkit melampaui level psikologis US$ 29.000 per keping.

Berdasarkan data Bitcoin Monthly returns, sejauh ini ada kemungkinan pergerakan BTC pada September 2023 akan ditutup di atas 1% dan jauh dari angka minus seperti bulan Agustus lalu. Bitcoin (BTC) sendiri di pekan terakhir September ini tengah melanjutkan fase penurunan volatilitas bergerak di rentang harga US$ 26.000-US$ 26.500.

Tren pergerakan harga Bitcoin (Dokumentasi Tokokrypto)

Meskipun demikian, terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menyebut aset kripto tersebut berpotensi kembali melanjutkan tren kenaikan atau bullish.

Sejumlah katalis yang mendorong Bitcoin antara lain, pertama dari sisi suku bunga The Fed yang saat ini sudah melebihi 5% diperkirakan akan bertahan di angka yang lebih tinggi untuk melawan inflasi. Padahal, sebelum tahun 2022, Bitcoin tidak pernah berada di lingkungan di mana suku bunga bank sentral AS melebihi 2%.

"Lanskap suku bunga yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menimbulkan elemen ketidakpastian, menimbulkan pertanyaan tentang apakah siklus musiman tradisional Bitcoin akan bertahan atau menunjukkan arah yang berbeda," kata Fyqieh. 

Salah satu titik fokus utama yang akan mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin pada bulan Oktober adalah keputusan regulator AS mengenai aplikasi BlackRock dan gergasi keuangan lainnya yang mengajukan peluncuran ETF (Exchange-Traded Fund) Bitcoin spot di Amerika Serikat. Keputusan SEC akan memiliki dampak signifikan pada arah pergerakan Bitcoin.

"Jika ETF Bitcoin spot disetujui, ini dapat membuka pintu bagi investor institusional yang lebih besar untuk masuk ke pasar kripto," ujarnya.

Dari sisi analisis teknikal, Oktober menunjukkan bahwa Oktober adalah bulan yang positif untuk Bitcoin mengingat data historis. Saat ini, harga Bitcoin di atas US$ 26.000 atau sekitar Rp 403 juta.

Namun, bila melihat tren secara historis, biasanya pada Oktober secara umum memberikan sinyal bullish untuk BTC. Misalnya yang terjadi pada Oktober 2019 harga Bitcoin mengalami kenaikan 10%. Dia berpendapat bahwa pergerakan ke atas seperti itu dapat mendorong Bitcoin kembali ke level US$ 29.200 atau sekitar Rp 453 juta.

"Pasar kripto selalu penuh dengan ketidakpastian dan volatilitas, sehingga penting bagi para investor untuk melakukan riset yang cermat dan berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi mereka," ujarnya.