Indeks bursa Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada Jumat (15/12) lalu. Pada sesi penutupan Dow Jones Industrial Average mencatat kenaikan ke level intraday baru.
Sementara Nasdaq-100, yang dipenuhi teknologi, mencapai rekor penutupan. Bahkan ketiga indeks utama berhasil mempertahankan kemenangan selama tujuh minggu berturut-turut.
Dow ditutup di angka 37.305,16 atau naik sebanyak 0,2%. Sementara itu, Indeks S&P 500 turun tipis 36 poin atau 0,01%, mencapai 4.719,19, dan Nasdaq Composite menguat 52 poin atau 0,4% menjadi 14.813,92. Pada hari yang sama, Indeks Nasdaq-100 mencatat angka penutupan 16.623,45, melampaui rekor sebelumnya pada November 2021 lalu.
Sementara saham Costco ikut melesat sebanyak 4,5% hingga mencapai level tertinggi sepanjang masa dalam sesi tersebut. Peningkatan ini terjadi setelah peritel tersebut melampaui perkiraan Wall Street untuk hasil kuartalannya dan mengumumkan dividen sebesar US$ 15 per saham.
Tak hanya itu, pada hari Jumat, kenaikan Dow mencapai 3,8% untuk bulan ini. Sementara S&P 500 mengalami kenaikan sebesar 3,3% dan Nasdaq Composite naik 4,1% di bulan Desember. S&P 500 mencatat kenaikan mingguan terpanjangnya sejak 2017 dan kemungkinan akan melampaui level tertinggi sepanjang masa yang saat ini dipegang oleh Dow.
Indeks pasar secara keseluruhan hanya berjarak kurang dari 2% dari level tersebut yang tercapai pada Januari 2022. Pergerakan ini menunjukkan potensi untuk mencapai rekor tertinggi yang baru.
Seiring dengan hal itu, pasar Wall Street menguat pada minggu ini usai Federal Reserve pada hari Rabu (13/12) mengakui bahwa langkah-langkahnya untuk meredam inflasi mulai memberikan hasil. Demi mendukung sentimen investor, The Fed juga mengindikasikan rencana untuk tiga kali penurunan suku bunga pada 2024.
Sedangkan data penjualan ritel yang dirilis pada hari Kamis untuk bulan November menunjukkan angka yang lebih kuat dari perkiraan sebelumnya. Hal itu terutama setelah pembacaan inflasi yang lebih rendah minggu ini. Dengan demikian hal itu meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve dapat mengelola perubahan kebijakan dengan mengelola penurunan ekonomi secara perlahan.
Meskipun begitu, Presiden Fed New York, John Williams menolak euforia seputar pelonggaran suku bunga bank sentral tahun depan.
"Kami tidak benar-benar berbicara tentang penurunan suku bunga saat ini," tegas Williams, dikutip dari CNBC, Senin (18/12).
Direktur pelaksana perdagangan dan investasi di E-Trade, Chris Larkin mengatakan saham-saham mendapat dorongan sentimen besar dari pertemuan Fed hari Rabu (13/12) lalu, tetapi efek langsung itu akan segera hilang. Ia mengatakan hal itu karena pasar tidak naik setiap hari, bahkan tak peduli seberapa kuat trennya.
"Kemunduran dan jeda tidak dapat dihindari, terlepas dari seberapa besar atau berapa lama mereka bertahan,” ujar Larkin.