Penjualan mobil PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penurunan sebanyak 23,24% menjadi 40,43 ribu pada Maret 2024. Sebelumnya pada periode Maret tahun lalu, penjualan mobil Grup Astra mencapai 52,68 ribu.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Axell Ebenhaezer, menilai penurunan tersebut disebabkan beberapa faktor makro. Di antaranya penurunan daya beli masyarakat, tingginya suku bunga, rendahnya kepercayaan konsumen, persaingan yang semakin ketat dari penjualan mobil bekas, dan euforia pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Meski demikian, secara bulanan, penjualan mobil di seluruh Indonesia meningkat pada bulan Maret 2024 mencapai 74 ribu unit. Pada Januari penjualan Astra tercatat 69 ribu unit, dan Februari sebanyak 70 ribu unit.
“Secara pangsa pasar, ASII tetap kokoh menjadi market leader. Pangsa pasar ASII di 1Q24 ada di 55,6%, hampir sama dengan pangsa pasar ASII di keseluruhan tahun 2023, yakni 55,6%,” tulis Axell dalam risetnya seperti dikutip Jumat (19/4).
Tak hanya itu, Axell juga mencatat bahwa faktor makro berpotensi untuk menghambat pertumbuhan sektor otomotif pada tahun fiskal 2024. Selain itu, ketidakpastian regulasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja lesu Astra.
Hal itu seiring dengan kebijakan pemerintah terkait mobil listrik dan hybrid yang berubah-ubah sehingga menghambat perkembangan penjualan mobil-mobil tersebut. Sementara itu, penurunan performa EPS anak perusahaan ASII, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) yang dipengaruhi oleh normalisasi harga batu bara juga dapat menekan harga saham ASII.
“Di sisi lain, harga saham ASII yang relatif sudah undervalued (P/E berada 22% di bawah rata-rata dua tahun) dan juga dividend yield tinggi dapat menopang kinerja saham dan mencegah penurunan berkelanjutan,” tambah Axell.
Merujuk data perdagangan Bursa Efek Indonesia, harga saham Astra telah turun 7,11% dalam satu bulan terakhir dari Rp 5.275 pada 22 Maret menjadi Rp4.900 pada Jumat (19/4). Adapun secara year to date, sejak awal tahun saham ASII telah turun 14,04%.
ASII Diuntungkan Insentif Pemerintah
Sementara itu Analis Riset Ekuitas dari Kiwoom Sekuritas, Vicky Rosalinda, mengatakan prospek ASII ke depan terlihat cerah. Ia memperkirakan bahwa adanya insentif dari pemerintah untuk mobil hybrid yang akan berdampak positif bagi ASII.
Ia menilai ASII akan menghadirkan inovasi dan strategi baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan di tahun 2024. Saat ini, ASII memiliki rencana untuk memperluas kegiatan usahanya di sektor penyediaan jasa Electric Vehicle (EV), termasuk penyediaan stasiun pengisian EV, stasiun penggantian baterai, layanan perbaikan baterai EV, pengumpulan baterai EV, dan kegiatan pendukung lainnya.
“Para investor akan melihat bagaimana strategi dan juga kinerja emiten tersebut, sehingga akan berpengaruh juga terhadap harga sahamnya. Kami merekomendasikan buy on weakness di level Rp 5.150 per lembar saham,” kata Vicky kepada Katadata.co.id, Jumat (19/4).
Di sisi lain, pada perdagangan sore ini, Jumat (19/4) saham ASII ditutup turun sebanyak 3,92% ke level Rp 4.900 per helainya. Adapun volume yang diperdagangkan 185 juta dengan nilai transaksi Rp 912,57 miliar dan kapitalisasi pasarnya tercatat Rp 198,37 triliun. Dalam sebulan, sahamnya melemah 3,85% dan merosot sebanyak 17,65% dalam setahun terakhir.
Sebelumnya, melansir data laporan hasil penjualan mobil ASII, penjualan mobil Grup Astra pada Januari sampai dengan Maret 2024 mencapai 119,66 ribu unit. Jika dihitung, penjualan mobil Grup Astra pada periode kuartal pertama tahun sebelumnya lebih besar yakni mencapai 150.006 unit.
Head of Corporate Communications Astra, Boy Kelana Subroto, mengatakan secara wholesale, penjualan mobil nasional mencapai 74.724 pada Maret 2024, meningkat 6% dari bulan sebelumnya. Astra tetap mempertahankan pangsa pasar sebesar 54%.