Investor kakap Lo Kheng Hong tahun ini tidak akan menerima pembagian dividen dari salah satu portofolionya, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT). Perusahaan mengumumkan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham dari perolehan laba tahun buku 2023.
“Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menyetujui perseroan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023,” tulis manajemen ANJT dalam Ringkasan Risalah Rapat Umum Para Pemegang Saham Tahunan (RUPST), dikutip Jumat (7/6).
Manajemen Austindo Nusantara Jaya mengumumkan bahwa seluruh laba bersih tahun buku 2023 sebesar US$1,90 juta atau Rp 30,86 miliar, dibukukan sebagai laba ditahan. Perseroan menyatakan bahwa alokasi tersebut bertujuan untuk menambah modal kerja emiten yang bergerak di bidang agribisnis itu.
Apabila melihat rekam jejak pembagian dividennya, ANJT sempat membagikan dividen sebesar Rp 93,2 miliar dari laba tahun buku 2022. Emiten yang menjadi portofolio Lo Kheng Hong ini membagikan dividen setara Rp 27,8 per saham. Rasio pembayaran dividen atas laba bersih 2022 itu sebesar 30%.
Sebelumnya, ANJT membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$2,62 juta atau sebesar Rp 41,19 miliar pada 2023. Laba emiten sawit itu longsor 88% dibanding tahun 2022 yang mencapai US$21,72 juta atau sebesar Rp 340,65 miliar.
Penurunan laba bersih ini karena harga jual rata-rata komoditas sawit yang lebih rendah. Selain itu, beban penyusutan dan bunga pada 2023 lebih tinggi.
"Biaya operasi perkebunan yang baru menghasilkan di Papua Barat Daya, serta dari area penanaman kembali di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung juga mengalami peningkatan," kata Direktur Keuangan ANJT Nopri Pitoy, dalam keterangan resmi dikutip Jumat (1/3).
Meski begitu produksi dari perkebunan-perkebunan tersebut diproyeksikan akan mencapai level optimal sekitar dua hingga tiga tahun ke depan. Nopri mengungkapkan ANJT optimis produksi CPO dalam jangka panjang akan terus meningkat, seiring dengan profil usia perkebunan yang masih berada pada usia produksi prima.
Terkait kinerja, pendapatan ANJT juga menurun 12% menjadi US$236,5 juta pada tahun 2023. Hal itu disebabkan oleh harga jual rata-rata yang lebih rendah untuk crude palm oil (CPO), palm kernel (PK), dan palm kernel oil (PKO), serta penurunan volume penjualan PK.