Emiten Hary Tanoe Protes Masuk FCA Sahamnya Tertekan, Ini Kata BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara usai emiten Grup MNC milik Hary Tanoesoedibjo protes atas skema full call auction (FCA) di Papan Pemantauan Khusus.
Direktur PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), Kushindarto dan Direktur PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT), Tien mengatakan saham perseroan terjadi volatilitas karena penerapan kebijakan Bursa yang menempatkan saham perseroan dalam kategori efek bersifat ekuitas dalam pemantauan khusus efektif per 31 Mei 2024.
Sebelumnya pada 3 Juni 2024, IATA dan BHIT telah menyampaikan pernyataannya kepada para pemegang saham dan menekankan bahwa kondisi perusahaan yang dalam pemantauan khusus, tidak mencerminkan fundamental perseroan.
Secara fundamental, kata mereka, perseroan berada dalam kondisi yang sangat baik dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembalikan perusahaan ke papan pengembangan. Hal itu tentunya dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku di bidang pasar modal.
“Hal ini sangat merugikan perseroan karena kebijakan bursa mengakibatkan investor memilih untuk menjual atau melepaskan saham perseroan di pasar dan harga saham perseroan makin tertekan,” tulis Kushindarto dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (10/6).
Perlu diketahui, emiten itu terpantau masuk ke dalam kriteria I papan pemantauan khusus Bursa pada 31 Mei 2024. Kriteria I papan pemantauan khusus yakni harga rata-rata saham perseroan selama enam bulan terakhir di pasar reguler dan/atau pasar reguler periodic call auction kurang dari Rp 51,00.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara adil kepada semua pihak. Prioritas utama kebijakan ini untuk melindungi investor dan memastikan harga yang terbentuk di pasar mencerminkan nilai yang wajar.
Mengenai panic selling oleh investor, Nyoman mengatakan itu adalah perilaku pasar. BEI berusaha mendidik pasar sehingga setiap kebijakan akan direspons oleh publik sesuai dengan kondisi masing-masing investor.
“Once kita laksanakan dan mereka dapat mengerti apa artinya atau goals yang lebih besar, nah ini yang kita harapkan responsnya akan lebih objektif dan positif,” kata Nyoman di Gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (10/6).