Bursa Asia berada di zona merah dan memecahkan rekor terburuk pada perdagangan Senin (5/8). Kondisi ini dipengaruhi oleh kekhawatiran investor akan potensi resesi Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei Jepang jatuh 12,4%, KOSPI Korea Selatan 10,8%, TSEC Taiwan 8,4%, Hang Seng 1,6%, Shanghai Composite 1,54% dan Straits Times 4,24%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia sempat turun menembus 3%.
Bursa Asia berguguran setelah dirilisnya data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan pada akhir minggu lalu. Laporan pekerjaan yang mengecewakan memicu kekhawatiran investor bahwa Federal Reserve membuat kesalahan minggu lalu ketika mempertahankan suku bunga tidak berubah. Hal ini mengancam negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut terancam berada di jurang resesi.
Indeks Nikkei Terburuk Sejak 1987
Indeks Nikkei 225 longsor 12,4% ke level 31.458,42% dan mencatat penurunan terburuk bagi indeks ini sejak "Black Monday" tahun 1987, pada Senin (5/8). Penurunan 4.451,28 poin pada indeks ini juga merupakan yang terbesar dalam hal poin sepanjang sejarahnya.
Nikkei juga menghapus semua kenaikannya sepanjang tahun ini, dan bergerak ke posisi kerugian tahun ini. Topix yang berbasis luas juga anjlok 12,23% dan ditutup pada level 2.227,15.
Harga saham perusahaan-perusahaan perdagangan kelas berat seperti Mitsubishi, Mitsui and Co, Sumitomo, dan Marubeni semuanya mengalami penurunan lebih dari 14%. Nilai kapitalisasi pasar Mitsui bahkan terhapus hampir 20%.
Penurunan yang terjadi di Bursa Jepang pada Senin (5/8) ini mengikuti penurunan yang terjadi pada Jumat (2/8) lalu ketika Nikkei 225 dan Topix masing-masing turun lebih dari 5% dan 6%. Indeks Topix yang lebih luas menandai hari terburuknya dalam delapan tahun terakhir pada Jumat lalu, sementara Nikkei menandai hari terburuknya sejak Maret 2020.
Perdagangan Bursa Korea Dihentikan Sementara
Pasar saham Korea Selatan menandai sesi terburuknya sejak krisis keuangan global tahun 2008. Bursa Efek Korea bahkan sempat menghentikan perdagangan selama 20 menit karena indeks KOSPI turun lebih dari 8%, yang merupakan batas dari pembekuan perdagangan atau trading halt.
Ini merupakan trading halt pertama kalinya sejak awal Covid-19 empat tahun lalu. Pada perdagangan hari ini, saham teknologi merosot di tengah kekhawatiran resesi AS.
Indeks Harga Saham Gabungan Korea atau KOSPI mengakhiri sesi dengan penurunan 8,8% pada 2.441,55. Ini merupakan persentase penurunan terbesar sejak 24 Oktober 2008. Selama sesi tersebut, KOSPI turun sebanyak 10,8%, memicu pemutus arus untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.
Saham Teknologi di Bursa Taiwan Berguguran
Saham Taiwan memecahkan rekor terburuk dengan berakhir turun 8,4% pada perdagangan Senin (5/8). Indeks utama turun 1.807,21 poin hingga ditutup pada 19.830,88, level terendah sejak 23 April.
Penurunan tersebut didorong oleh aksi jual di sektor teknologi, dan kemudian menyebar lebih luas saat indeks turun di bawah level kunci 20.000.
"Sulit untuk memprediksi kapan penurunan akan berhenti. Masih terlalu dini untuk mengatakannya," kata David Wu, seorang analis di Departemen Konsultasi Cathay Futures di Taipei.
Taiwan merupakan salah satu dari beberapa pasar yang anjlok di Asia pada hari Senin di tengah kekhawatiran bahwa Amerika Serikat akan mengalami resesi dan karena investor mencari perlindungan dari aset berisiko. Kekhawatiran tentang meluasnya konflik di Timur Tengah juga membebani sentimen.
IHSG Sempat Dekati Trading Halt
Saham-saham perbankan berkapitalisasi jumbo terperosok seiring dengan jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dan bursa Asia. Rata-rata penurunan saham bank berkisar 2,5% - 3% pada perdagangan Senin (5/8) seperti yang terjadi pada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) hingga PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
Melansir dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terpuruk hingga 3,41% ke level 7.059 dan sempat menyentuh level terendah 6.998,81. Batas trading halt BEI adalah 5%.