BNI Ungkap Faktor Pertimbangan dalam Penurunan Suku Bunga Kredit

BNI
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merespons kemungkinan penurunan uku bunga kredit di tengah prediksi penurunan Fed Fund Rate pada semester kedua 2024.
30/8/2024, 15.46 WIB

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merespons kemungkinan penurunan suku bunga kredit di tengah prediksi penurunan Fed Fund Rate pada semester kedua 2024.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraeni mengatakan, dalam menentukan suku bunga kredit perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti daya saing produk dibandingkan dengan bank lainnya.

“Sehingga pasti kebijakan untuk menurunkan suku bunga kredit akan kami evaluasi per masing-masing segmen," jelasnya dalam Konferensi Pers Public Expose 2024 BNI pada Jumat, (30/8).

Berdasarkan data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) di laman resmi BNI per 30 Juni 2024, suku bunga dasar kredit untuk korporasi di BNI mulai dari 8,05% per tahun, sedangkan suku bunga untuk kredit ritel sebesar 8,30% per tahun.

Untuk sektor konsumsi, Suku Bunga Dasar Kredit KPR di BNI ditetapkan mulai dari 7,40%, dan non-KPR sebesar 8,80% per tahun.

Perlu diingat bahwa SBDK ini belum mencakup komponen premi risiko, yang besarnya bergantung pada penilaian bank terhadap risiko masing-masing debitur, seperti kondisi keuangan, jangka waktu kredit, dan prospek usaha yang dibiayai. Oleh karena itu, suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur bisa berbeda dari SBDK.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) optimistis suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed akan turun pada 2024 dan 2025. Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi rupiah juga akan menguat didorong oleh penurunan suku bunga The Fed atau FFR.

“Kami perkirakan FFR tahun ini turun dari 5,5% ke 5%. Tahun depan akan turun 0,75 atau 75 basis point,” kata Perry rapat saat rapat dengan Banggar DPR, Selasa (27/8).

Dengan begitu, Perry melihat peluang penurunan FFR menjadi 4,25% pada akhir 2025. Penurunan tersebut akan berdampak positif terhadap peningkatan aliran modal asing masuk atau capital inflow ke Indonesia.

“FFR yang turun ini, membuat capital inflow ke emerging market termasuk Indonesia juga akan meningkat dan US Treasury tenor 10 tahun kami perkirakan turun dan bisa mendorong inflow,” ujar Perry.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila