Minim Stimulus Ekonomi, Bursa Cina Anjlok Lebih Dari 4%

Business Today
Bursa Cina anjlok hingga lebih dari 4% karena investor mengkhawatirkan tidak ada cukup stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi Cina.
Penulis: Hari Widowati
9/10/2024, 10.47 WIB

Saham-saham di bursa Cina anjlok hingga lebih dari 4% karena investor mengkhawatirkan tidak ada cukup stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi Cina. Shanghai Composite merosot lebih dari 5% sedangkan indeks saham-saham unggulan (blue-chips) CSI300 merosot sekitar 3%.

Pasar Hong Kong rebound sekitar 2% setelah mengalami kejatuhan terberatnya sejak 2008 pada hari sebelumnya. Namun, pemulihan ini tidak bertahan lama dan Indeks Hang Seng kemudian jatuh 1,38%.

Pada Selasa (8/10), bursa Hong Kong merosot, saham-saham di Cina daratan juga anjlok dari level tertinggi setelah konferensi pers dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Cina tidak menghasilkan rincian stimulus baru yang besar.

Minyak mentah berjangka Brent, yang turun 4,6% dalam semalam, stabil di US$77,79 per barel. Bijih besi menemukan support di level US$106 di Singapura setelah penurunan 5% pada hari Selasa.

“Kekecewaan pasar ini, meskipun dapat dimengerti, tampak terlalu dini dan salah arah,” kata Kepala Riset Makro Mizuho untuk Asia di luar Jepang, Wisnu Varathan, dalam sebuah catatan untuk klien, seperti dikutip Reuters, Rabu (9/10).

Menurut Varathan, bukan wewenang NDRC untuk memberikan rincian mengenai stimulus fiskal (atau) dorongan kebijakan moneter lebih lanjut untuk memulihkan ekonomi Cina.

Pasar Harapkan Stimulus Lebih Besar

Cina telah menyisihkan 200 miliar yuan (Rp 436,84 triliun) untuk proyek-proyek investasi pemerintah daerah tahun ini, karena mereka berjanji untuk memenuhi target-target pertumbuhan ekonominya yang ambisius.

Berita ini diumumkan oleh badan perencanaan utama negara ini, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), pada sebuah konferensi pers pada Selasa (8/10). Pengumuman ini mengecewakan para investor yang mengharapkan sebuah paket langkah-langkah stimulus yang jauh lebih besar.

“Kami yakin dapat mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas pembangunan ekonomi dan sosial tahunan, dan dalam mempertahankan pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan, stabil dan sehat,” kata Zheng Shanjie, Ketua Komisi NDRC, kepada para wartawan di Beijing, seperti dikutip CNN.

Cina mengumumkan target pertumbuhan 5% di bulan Maret, tetapi serangkaian data ekonomi selama musim panas sangat lemah sehingga para ekonom khawatir target tersebut akan meleset. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini berada dalam kondisi yang buruk dan menderita krisis properti, belanja yang lemah dan pengangguran yang tinggi di kalangan kaum muda, di antara masalah-masalah lainnya.

Untuk membantu pemerintah-pemerintah daerah yang menghadapi beban utang yang menggunung, Beijing akan menyediakan 100 miliar yuan (US$14 miliar atau Rp 218,4 triliun) dari anggaran pemerintah pusat. Selain itu, ada tambahan 100 miliar yuan untuk proyek-proyek investasi pemerintah daerah.

Para ekonom memperkirakan langkah-langkah fiskal tambahan dengan total sekitar 2 triliun yuan (US$ 285 miliar atau Rp 4.446 triliun) akan diumumkan bulan ini.  Alhasil, angka-angka yang disampaikan NDRC itu masih jauh dari ekspektasi pasar. 

Di saat bursa Cina jatuh, Indeks MSCI untuk saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang dibuka naik 0,6% pada Rabu (9/10) pagi. Indeks Nikkei Jepang (N225) juga dibuka naik 1%. Saham emiten pengelola minimarket Seven & I Holdings melonjak setelah Bloomberg News melaporkan peritel Kanada, Alimentation Couche-Tard, akan meningkatkan harga penawarannya untuk membeli saham induk Seven Eleven itu.