PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang Januari–September 2024 sebesar US$ 332,99 juta atau setara Rp 5,22 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.654. Laba ADMR naik 32,9% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu US$ 250,50 juta.
Sejalan dengan peningkatan laba, pendapatan usaha Adaro Minerals Indonesia tercatat US$ 841 juta atau Rp 13,18 triliun, lebih tinggi 16,7% jika dibandingkan periode yang sama sebelumnya US$ 720,62 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penjualan batu bara ke pihak berelasi menopang pendapatan usaha ADMR sebesar US$ 334,96 juta dari sebelumnya US$ 349,20 juta. Meskipun penjualan batu bara dan batu kapur ke pihak berelasi turun, namun masih tinggi jika dibandingkan dengan perolehan dari jasa ke pihak berelasi yakni US$ 764,98 ribu. Jika diakumulasikan, total pendapatan dari pihak berelasi yakni US$ 334,96 juta.
Di sisi lain, pendapatan batu bara dari pihak ketiga justru lebih besar dengan menghasilkan US$ 506,03 juta. Perolehan ini naik 36,2%hingga September 2024 dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama US$ 371,42 juta.
Hingga September 2024, Adaro Minerals Indonesia mencatatkan beban pokok pendapatan dengan total US$ 404,42 juta, dari periode yang sama sebelumnya US$ 341,01 juta. ADMR memiliki beban usaha US$ 27,25 juta hingga September 2024 dari sebelumnya US$ 48,38 juta.
Apabila melihat dari sisi neraca, total ekuitas Adaro Minerals Indonesia tercatat US$ 1,37 miliar. Kemudian liabilitas ADMR sebesar US$ 471,70 juta. Jika dibandingkan dari periode yang sama tahun lalu yaitu US$ 657,37 juta, liabilitas turun 28,2%. Adaro Minerals Indonesia mencatatkan total asetnya US$ 1,84 miliar sepanjang Januari–September 2024.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan ADMR, Heri Gunawan, menyampaikan bahwa penurunan liabilitas jangka panjang sebesar US$ 205,1 juta terutama disebabkan oleh pelunasan pinjaman kepada pihak berelasi sebesar US$ 316,7 juta. Meski ada tambahan utang bank sebesar US$ 100 juta dan kenaikan utang lancar sebesar US$ 19,4 juta akibat kegiatan operasional.
Heri menekankan bahwa pelunasan pinjaman dan penambahan utang bank tersebut tidak memengaruhi operasional perseroan.
“Posisi keuangan perseroan pada 30 September 2024 masih konsisten dengan rencana bisnis yang telah ditetapkan,” pungkas Heri dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Kamis (31/10).