Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengungkap dampak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) apabila Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump menang di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS). Donald Trump unggul sementara dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Hingga Rabu (6/11) pukul 13:22 Waktu Indonesia Barat (WIB), Trump memperoleh 247 suara dan Harris 214 suara.
Adapun seorang calon presiden butuh total 270 suara elektoral dari total 538 suara yang ada. Survei tersebut baru mewakili sebagian kecil dari puluhan juta orang yang memberi suara di AS, baik sebelum dan sesudah pemungutan suara. Hasil awal perhitungan cepat bisa berubah pada malam hari, sebab makin banyak orang yang disurvei.
Melihat hal tersebut, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa pergerakan IHSG hari ini Rabu (6/11) mulai tertekan karena hasil sementara pemilu Amerika Serikat menunjukkan keunggulan Donald Trump. IHSG terpantau merosot 0,41% atau 30,39 poin ke level 7.461 pada penutupan perdagangan saham sesi pertama hari ini, Rabu (6/11).
Nafan menjelaskan bahwa jika Trump kembali terpilih dan inflasi naik, suku bunga di AS kemungkinan besar akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini terjadi karena ketatnya kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi. Padahal, kata Nafam, tujuan utama The Fed sebenarnya adalah menjaga ekonomi AS tetap stabil tanpa memicu penurunan ekonomi yang tajam.
“Dan belum lagi juga Trump kerap melakukan intervensi terhadap the Fed, kalau the central bank semacam the Fed itu tidak boleh terjadi intervensi politik dari eksekutif, ya,” Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (6/11).
Lebih lanjut, Nafan menjelaskan bahwa meskipun ada pengaruh dari situasi politik di AS, pergerakan IHSG saat ini masih dalam tren minor. Ia menyebut pergerakan indeks masih cenderung stabil tanpa adanya arah yang jelas, hanya bergerak naik turun dalam kisaran tertentu.
“Padahal kalau secara primary trend kan IHSG itu golong bullish ya ya ya setidaknya sih tidak menimbulkan crisis ya kalau misalnya jika Trump berkuasa,” ujarnya.
Apakah akan Menarik Lebih Banyak Investor Asing ke Pasar Modal?
Selain itu, Nafan juga mengatakan bahwa investor asing tentunya sangat tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini terbukti dari tren kenaikan kinerja investasi asing yang terus menunjukkan hasil positif.
“Alhamdulillah trend-nya terus naik,” ucapnya.
Nafan menjelaskan bahwa selama masa pandemi Covid-19, di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah diterapkan untuk mendorong investor asing berinvestasi di Indonesia, terutama dengan mendirikan fasilitas pengolahan bahan mentah di dalam negeri.
Kebijakan ini mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja ekonomi, yang berdampak pada meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI). Nafan optimistis bahwa kedepannya Presiden Prabowo mampu menciptakan potensi pertumbuhan ekonomi baru, maka investasi asing akan terus meningkat.
Hal ini sangat bergantung pada modal dari investor asing, yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia melalui diplomasi ekonomi yang baik. Terutama jika menggunakan pendekatan multitrack diplomacy yang lebih efektif.
“Tapi inilah yang akan menjadi kunci agar bisa Pak Prabowo bisa menciptakan tren kenaikan foreign investment Indonesia,” ujarnya.
Nafan menjelaskan bahwa untuk IHSG, ia melihat potensi kenaikan signifikan dalam lima tahun ke depan, dengan target mencapai 10.500. Tren kenaikan tersebut didorong oleh emiten-emiten besar seperti sektor perbankan dan energi. Secara keseluruhan,berdasarkan analisis multi-chart, Nafan menyebut IHSG masih berada dalam kategori bullish dan menunjukkan prospek positif untuk pasar saham Indonesia.
“Ya memang semestinya ini tadi ditopang oleh kenaikan foreign bank ya kalau misalkan IHSG menguat,” pungkasnya.