Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 140 poin atau 1,90% ke level 7.243 pada penutupan perdagangan Kamis (7/11). Hal tersebut seiring dengan pengumuman kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024, dengan perolehan 277 suara elektoral per tanggal 6 November 2024.
Kemenangan Trump diprediksi akan membuat kebijakannya lebih mendahulukan kepentingan AS. Kondisi ini tentunya akan membuat aliran dana asing keluar deras dari pasar saham Indonesia.
Meskipun baru awal, data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan asing sudah mulai melakukan aksi jual bersih atau net foreign sell. Hingga sore ini nilainya mencapai Rp 1,15 triliun.
Aksi jual asing didominasi saham-saham papan atas. Misalnya saja saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatatkan jual bersih asing sebesar Rp 582,9 miliar. Di posisi kedua, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang juga mengalami tekanan jual dari asing sebesar Rp 480,5 miliar. Disusul oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang tercatat dijual asing senilai Rp 131,5 miliar.
Selain itu, saham perbankan besar lainnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), tercatat dilepas asing sebesar Rp 47,6 miliar, sementara PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) masing-masing mencatat penjualan sebesar Rp29,6 miliar dan Rp 27,8 miliar.
Tidak hanya sektor perbankan, beberapa saham lain yang turut menjadi target aksi jual asing termasuk PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan Rp 21 miliar, PT Indosat Tbk (ISAT) senilai Rp 20,6 miliar, dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) sebesar Rp 12,2 miliar.
Aksi jual juga terlihat pada PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masing-masing dengan nilai Rp 11 miliar dan Rp 9,7 miliar.
Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee menjelaskan, kemenangan Trump di Pilpres AS, akan berdampak positif terhadap ekonomi dan pasar saham AS. Sayang, kemenangan tersebut justru bisa menjadi bencana bagi global khususnya emerging market, termasuk Indonesia.
Namun ia menekankan, investor tidak perlu khawatir. Karena dari analisanya ia berpendapat pelemahan yang terjadi hanya bersifat sementara.
"Kemenangan Trump akan positif bagi ekonomi dan pasar saham AS, tetapi bencana bagi dunia dan emerging market, termasuk Indonesia. Tetapi sifat kejatuhan pasar jangka pendek," ujar Hans.