Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebut rencana penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Andalan Indonesia (AADI), disebut undervalue alias terlalu murah.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan, mengatakan valuasi AADI saat ini berkisar antara 4 hingga 5 kali price earnings rario (PER). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri batu bara yang umumnya mencapai 6 hingga 7 kali. Ia menilai apabila valuasinya tetap di bawah rata-rata pasar, investor dapat melihat peluang capital gain saat saham AADI mulai diperdagangkan di bursa.
“Untuk PUPS nya itu valuasinya masih sama, ya kami ngelihatnya sebenarnya valuasinya masih kurang,” kata Darma kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/11).
Selain itu Darma mengatakan bahwa saat ini sulit bagi investor asing, terutama dari Eropa, untuk masuk ke sektor batu bara Indonesia. Hal itu terutama negara-negara tersebut yang sudah mematuhi standar US.
Bahkan, beberapa nasabah global memiliki aturan bahwa mereka hanya boleh berinvestasi pada saham dengan eksposur batu bara maksimal 10%. Ia berharap dengana adanya IPO anak uaha tersebut, manajemen Adaro berharap bisa menarik dana, baik dari investor domestik maupun asing.
Adaro Andalan (AADI) IPO, Incar Dana Jumbo Rp 4,59 T
Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan batu bara menawarkan maksimal 778,68 juta lembar saham atau 10% dari modal disetor dan ditempatkan pasca IPO.
Dengan demikian, jumlah saham yang akan dicatatkan oleh AADI di BEI adalah sebanyak-banyaknya 7.78 miliar. Dari aksi korporasi ini, AADI mengincar dana segar sebanyak-banyaknya Rp 4,59 triliun.
Adaro Andalan Indonesia membuka harga penawaran awal di rentang Rp 4.590–Rp 5.900 per saham. Adapun PT Trimegah Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran saham perdana anak usaha milik Garibaldi “Boy” Thohir itu.
Rencana Usai IPO
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan, seluruh dana hasil dari Penawaran Umum Perdana Saham, setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk:
- Sekitar 40% digunakan sebagai pinjaman dari perseroan kepada Anak Perusahaan, yaitu MBP, untuk mendukung investasi dan kegiatan korporasi lainnya yang meningkatkan aktivitas operasional MBP sejalan dengan peningkatan produksi batu bara grup perseroan
- Sekitar 15% dialokasikan untuk membayar sebagian pinjaman berdasarkan perjanjian pinjaman tanggal 3 Mei 2024 dengan AI
- Sisanya akan dipakai untuk membayar sebagian pokok pinjaman kepada ADRO sesuai dengan perjanjian pinjaman 24 Juni 2024.
Selain itu, mulai tahun buku 2025, manajemen Perseroan merencanakan rasio pembayaran dividen sampai dengan 45% dari laba bersih konsolidasi perseroan. Perseroan dapat membagikan dividen kepada pemegang saham berdasarkan rekomendasi dari direksi dengan persetujuan RUPS. Perseroan hanya dapat membagikan dividen apabila perseroan mempunyai saldo laba positif.
Apabila melihat kinerja keuangan, Adaro Andalan Indonesia membukukan laba tahun berjalan tahun buku 2023 tercatat sebesar US$ 1,28 miliar. Perolehan tersebut turun 45% yoy dari US$ 2,34 miliar pada tahun sebelumnya. Adapun periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2024, laba periode berjalan mencapai US$ 922m 76 juta, naik 15% atau US$ 118 juta dibandingkan dengan US$ 804,75 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.