Bos BREN Bahas Status Baru di MSCI hingga Peluang Garap Proyek WTE Danantara
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) angkat bicara terkait status barunya sebagai anggota indeks MSCI Global Standard hingga peluang ekspansi ke proyek waste to energy (WTE) Danantara. Direktur Utama BREN Tan Hendra Soetjipto menegaskan akan menjaga kepercayaan MSCI sembari terus mengembangkan portofolio energi terbarukan.
Indeks MSCI adalah indeks yang dirancang oleh Morgan Stanley Capital International untuk mencerminkan pergerakan harga saham dalam berbagai kategori, termasuk emiten di negara maju dan berkembang. MSCI merupakan perusahaan investasi global yang telah berkiprah lebih dari 50 tahun riset, data dan teknologi yang mendukung investasi.
“Kami juga punya kewajiban untuk terus meningkatkan performa baik dari sisi finansial maupun kapasitas produksi,” kata Hendra dalam paparan publik yang digelar BREN secara virtual pada Selasa (11/11).
Untuk meningkatkan performa perseroan, BREN bakal meningkatkan portofolio bisnisnya di bidang pengembangan pembangkit panas bumi (geothermal) mencapai 910,3 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga angin (wind farm) sebesar 78,75 MW.
Hendra Soetjipto mengatakan, kedua lini bisnis ini masih akan menjadi fokus utama perseroan dalam jangka menengah dan panjang. Dia juga tidak menutup kemungkinan BREN akan berekspansi di sektor energi baru terbarukan (EBT) lainnya.
BREN membidik total kapasitas pembangkit listrik mencapai 2.300 MW pada 2032. Salah satu cara mencapai target tersebut adalah dengan mengembangkan empat proyek strategis yang tengah dieksekusi.
Keempat proyek tersebut, yakni pertama, proyek Wayang Windu Unit 3 dengan proyeksi tambahan kapasitas lebih dari 30 MW, yang ditargetkan rampung pada kuartal keempat 2026.
Kedua, Proyek Salak Unit 7 dengan tambahan lebih dari 40 MW, diproyeksikan selesai pada kuartal keempat 2026. Ketiga, Wayang Windu Unit 1 dan 2 Retrofit akan menambah 18,4 MW dan ditargetkan tuntas pada kuartal keempat 2025. Serta keempat adalah Proyek Darajat Unit 3 Retrofit akan menambah lebih dari 7 MW setelah selesai pada 2026.
Sebelumnya, Morgan Stanley Capital International (MSCI) resmi memasukkan BREN bersama emiten tambang emas Grup Bakrie PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) ke dalam indeks MSCI Global Standard.
“Tiga tambahan terbesar pada Indeks MSCI Emerging Markets yang diukur berdasarkan kapitalisasi pasar perusahaan penuh adalah Barito Renewables Energy (Indonesia), Zijin Gold International (Tiongkok), dan GF Securities Co H (Tiongkok),” tulis MSCI dalam rilis resmi yang dikutip Kamis (6/11).
Pada perdagangan hari ini, harga saham BREN terkoreksi 1,96% atau 200 poin ke level 10.025. Kendati demikian, selama satu pekan terakhir harga sahamnya naik 8,67%. Tak hanya itu, Saham BREN tercatat diborong investor asing dengan total transaksi beli bersih atau net buy mencapai Rp 838 miliar sepanjang 1-10 November 2025.
Rencana Masuk Proyek WtE Danantara
Hendra juga menanggapi kabar terkait rencana perusahaan masuk dalam proyek pengelolaan sampah menjadi energi atau waste to energy yang sedang digarap Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara.
Dia menyatakan, perseroan akan tetap memfokuskan bisnisnya pada pengembangan energi terbarukan. Khususnya di sektor panas bumi (geothermal) dan pembangkit listrik tenaga angin (wind farm). Meski begitu, ia bilang tidak menutup kemungkinan perseroan bakal menambah portofolio bisnis di luar lini bisnis yang sudah ada.
“Termasuk Danantara, saya rasa mungkin lebih tepatnya ditanyakan ke pihak sana. Cuma kalau kita tetap kita fokus bahwa kita tahu bahwa pemerintah Indonesia itu akan terus menambah renewable energy,” kata Hendra.
Hendra menuturkan, potensi pertumbuhan energi terbarukan di Indonesia masih sangat besar dan akan terus meningkat seiring dengan kebijakan pemerintah. Dia memisalkan, jika sekarang sampai 2034 di bisnis geothermal terdapat tambahan kapasitas 5.200 megawatt (MW), sementara di wind farm ada tambahan kapasitas sebesar 7.000 MW.
“Jadi, tentu kita akan terus membantu program pemerintah tersebut,” kata dia.
Sebelumnya, Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir menyebut, sudah terdapat minat yang tinggi bagi investor domestik maupun asing terhadap proyek waste to energy. Lebih dari 100 perusahaan dari dalam dan luar negeri, yang tergabung dalam 70 konsorsium menyatakan minat pada proyek ini.
Setiap proyek waste to energy diperkirakan membutuhkan investasi hingga Rp 2,3 triliun hingga 3,2 triliun tergantung lokasi, kapasitas dan teknologinya.