BTN Restrukturisasi Kredit 17 Ribu Debitur KPR Terdampak Covid-19

Ilustrasi, logo PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). BTN melaporkan, telah melakukan restrukturisasi terhadap 17.000 debitur KPR terdampak Covid-19.
Penulis: Agung Jatmiko
13/4/2020, 13.14 WIB

Sesuai dengan arahan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyatakan, telah memberikan keringanan pada 17.000 debitur terdampak pandemi corona.

Dalam siaran pers, Minggu (12/4), Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nixon Napitupulu menjelaskan, BTN telah menerima puluhan ribu permohonan keringanan atau restrukturisasi dan terus melakukan proses klasifikasi dari debitur yang mengajukan.

"Sudah ada 17.000 lebih debitur yang pinjamannya sudah dilakukan restrukturisasi. Yang mengajukan permohonan restrukturisasi angkanya puluhan ribu," ujar Nixon dalam siaran pers, Minggu (12/4).

Hingga kini, lanjut Nixon, Bank BTN mencatatkan memiliki hampir 2 juta debitur dengan pokok pinjaman lebih dari Rp 250 triliun. Adapun, belasan ribu permohonan restrukturisasi ke perseroan tersebut mencatatkan total pokok pinjaman sekitar Rp 2,7 triliun.

Ia menjelaskan, jumlah tersebut mencakup debitur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi dan keseluruhannya di bawah Rp 10 miliar sesuai ketentuan OJK.

(Baca: Imbas Corona, BRI Restrukturisasi Kredit 134 Ribu Debitur UMKM)

Nixon menjelaskan, permohonan restrukturisasi tersebut diajukan oleh debitur melalui kanal online yang disiapkan BTN, yakni www.rumahmurahbtn.co.id. Melalui kanal online tersebut, debitur BTN yang mengajukan permohonan retrukturisasi tidak harus datang ke kantor cabang tempat mereka mengajukan kredit.

Pasca terbitnya POJK tentang relaksasi kredit bagi debitur terdampak Covid-19, BTN telah membuka diri untuk memberikan kebijakan restrukturisasi kredit bagi debitur yang pembayaran kreditnya terdampak Covid-19.

Nixon menegaskan, keringanan hanya diberlakukan bagi debitur yang benar-benar terdampak Covid-19. Sehingga, bank harus melakukan klasifikasi terhadap permohonan yang masuk dan untuk hal ini, ia menyatakan, BTN telah melakukannya.

Melihat penyebaran Covid-19 yang menunjukkan angka peningkatan, Nixon menyebut, BTN melakukan revisi target pertumbuhan kredit. Untuk kredit pemilikan rumah (KPR) non-subsidi dan komersial, BTN merevisi pertumbuhan kredit menjadi kisaran 0%-3%.

Kemudian, untuk KPR subsidi, BTN memproyeksi pertumbuhan di segmen tersebut berada pada kisaran 6%-8%, bergantung pada periode berakhirnya Covid-19. Namun, BTN optimistis tetap bisa meraih laba sekitar Rp2 triliun.

(Baca: Perbankan di Bawah Bayang-bayang Krisis Imbas Pandemi Corona)

"Dalam kondisi seperti saat ini perseroan lebih memilih langkah untuk  peningkatan efisiensi, memperkuat cadangan dan likuiditas agar tetap survive," kata Nixon.

Untuk menjaga likuiditas, menurut Nixon, BTN juga secara hati-hati melakukan pembelian surat utang pemerintah. Upaya ini dilakukan untuk memastikan cadangan dana tetap aman, sekaligus meningkatkan fee based income melalui transaksi treasury.

Untuk dana treasury, BTN menganggarkan sekitar Rp 20 triliun, yang di dalamnya juga termasuk cadangan likuiditas. Normalnya, BTN menganggarkan sekitar Rp 13 Triliun dan saat ini likuiditas ditingkatkan sekitar 30%.

Terkait penyaluran kredit, Nixon mengungkapkan, di beberapa daerah yang aman dari penyebaran Covid-19, penyaluran kredit masih tetap berjalan. Namun, secara nasional permintaan kredit baru mengalami penurunan karena kantong penyerapan kredit hampir terdampak virus tersebut.

"Kami harapkan kondisi ini tidak akan lama sehingga ekonomi dapat kembali berjalan normal dengan layanan yang dapat kami berikan dan BTN dapat kembali melanjutkan Program Sejuta Rumah bagi masyarakat Indonesia," kata Nixon.

(Baca: Jokowi: Keringanan Kredit untuk Pekerja Informal & UMKM Berlaku April)

Reporter: Ihya Ulum Aldin