PT Asabri (Persero) membantah pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD terkait dugaan korupsi pada perusahaan tersebut mencapai Rp 10 triliun. BUMN Asuransi ini tengah mengalami masalah dalam penempatan investasi hingga menimbulkan kerugian.
"Saya menjamin bahwa uang peserta yang dikelola di Asabri tidak hilang dan tidak dikorupsi," ujar Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (16/1).
Sonny meminta para peserta yang terdiri dari TNI, Polri, dan PNS Kementerian Pertahanan tak terpengaruh dan terprovokasi oleh pemberitaan negatif terkait perusahaan. Ia juga mengancam pihak-pihak yang dinilai memojokkan Asabri tanpa data dan fakta ke jalur hukum.
"Hentikan pendapat, pembicaraan yang cenderung tendensius yang negatif dan menyebabkan kegaduhan.Saya akan menempuh jalur hukum jika masih dilakukan," kata Sonny.
(Baca: Emiten Perikanan Milik Asabri Jelaskan Penyebab Bisnis Merugi)
Sebelumnya, Mahfud MD mengatakan terdapat dugaan korupsi pada Asabri mencapai Rp 10 triliun. Hal tersebut, menurut Mahfud, telah dikonfirmasi ke salah satu pejabat terkait. Kendati demikian, hingga kini belum ada pengusutan dugaan korupsi tersebut dari Kejaksaan Agung maupun KPK.
Adapun berdasarkan data Stockbit, Asabri memegang saham 17 emiten. Mayoritas harga saham tersebut longsor berkisar 50% sampai lebih dari 90%.
Harga saham PT Pool Advista Indonesia Tbk yang dibeli Asabri pada 12 Desember 2017 bahkan anjlok 95,87%. Asabri membeli saham berkode POOL ini sebanyak 176 juta lembar dengan harga Rp 3.780 per saham, sedangkan per 8 Januari 2020 harganya tersisa Rp 156 per saham.
Sementara itu, harga saham PT Hanson International Tbk yang merupakan portofolio saham terbesar Asabri turun 56,1% dari Rp 114 per saham pada 18 Desember 2017 menjadi Rp 50 per saham. Asuransi sosial ini menggenggam 4,7 miliar saham berkode MYRX tersebut.
(Baca: Setoran TNI dan Polri Lancar, Erick Thohir Anggap ASABRI Masih Aman)
Rincian perubahan harga saham 17 emiten dalam portofolio Asabri dapat dilihat dalam databoks di bawah ini
Sejauh ini, belum terang dampak jatuhnya harga saham-saham tersebut terhadap keuangan Asabri. Perusahaan belum mempublikasikan laporan keuangan terkini. Namun, berdasarkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara yang dilansir Kementerian BUMN,
Asabri tercatat mengalami penurunan signifikan laba bersih pada 2018. Perusahaan membukukan laba tahun berjalan Rp 110,47 miliar (belum diaudit). Jumlah ini turun 86,87% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 943,811 miliar (sudah diaudit).
Namun, penyebab penurunan belum terang lantaran ringkasnya data. Di sisi lain, likuiditas perusahaan tercatat masih dalam kondisi baik. Aset lancar tercatat tebal yaitu Rp 36,29 triliun, sedangkan liabilitas jangka pendek Rp 4,17 triliun.
Secara keseluruhan, aset perusahaan berada di posisi Rp 48,29 triliun, dengan total liabilitas Rp 46,7 triliun, dan ekuitas Rp 1,59 triliun. Namun, rasio kecukupan modal (RBC) pada 2018 belum diketahui.
Di tahun sebelumnya, RBC Asabri berada di zona merah lantaran jauh di bawah batas minimal yang ditetapkan otoritas yakni 120%. RBC Asabri hanya sebesar 54,73% pada 2016 dan 62,35% pada 2017.