PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memastikan kredit yang diberikan kepada Duniatex Group memiliki jaminan yang nilainya lebih tinggi hingga 2,5 kali lipat. Total kredit BNI ke Duniatex saat ini mencapai Rp 459 miliar.
"Spesifiknya (kredit) Duniatex, kami ada di (pinjaman) sindikasi sekitar Rp 301 miliar dan juga ada di (pinjaman) bilateral sekitar Rp 158 miliar," ujar Direktur Manajemen dan Risiko BNI, Bob Tyasika Ananta ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (23/7).
Adapun, BNI masih memasukkan kredit kepada Duniatex dalam kategori kolektibilitas 1, sehingga belum masuk ke kategori kredit seret alias non-performing loan (NPL). Sampai posisi akhir Juni 2019, Duniatex masih melakukan pembayaran secara normal.
Namun, bank pelat merah ini tetap melakukan upaya mitigasi risiko terhadap kredit kepada Duniatex. Salah satu caranya dengan melakukan pembicaraan dengan pemilik perusahaan agar bisa menjual aset yang dijaminkan tersebut kepada investor. Jika kemudian jaminan itu diambil oleh investor, maka saldo pinjaman Duniatex pun menurun.
Aset-aset yang dijaminkan untuk kredit bilateral antara BNI dengan Duniatex berupa tanah, pabrik, dan bangunan. "Dari sisi konteks mitigasi risikonya, posisi (kredit) dari Duniatex ini sendiri di-cover oleh jaminan yang nilainya di atas 250% dari total kredit tersebut," kata Bob.
(Baca: Kredit Naik 20%, Laba Bersih BNI Hanya Tumbuh 2,7%)
Masalah ini muncul karena Duniatex saat ini mengalami gagal bayar (default) kupon obligasi anak usahanya, PT Delta Merlin Dunia Textile. Gagal bayar ini terjadi hanya berselang empat bulan dari penerbitan obligasi senilai US$ 300 juta dengan kupon 8,625% per tahun pada Maret lalu.
Standard and Poors (S&P) memangkas peringkat obligasi dolar bertenor lima tahun itu dari BB- menjadi CCC- (junk bond). Menurut lembaga pemeringkat global itu, perusahaan tekstil yang berkantor pusat di Solo ini menghadapi masalah likuiditas yang serius.
Fitch Ratings juga menurunkan peringkat kredit Delta Merlin Dunia Textile dari BB- menjadi B-. Fitch menyoroti tekanan pembiayaan kembali dan risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. Kasus gagal bayar ini juga berisiko membatasi akses perusahaan ke perbankan dan pasar modal.
Saat ini Duniatex mengalami pelemahan kinerja keuangan. Perusahaan terkena dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang menahan permintaan tekstil.
Kasus gagal bayar kupon obligasi Delta Merlin ini mengagetkan karena selama ini Duniatex belum pernah terlambat memenuhi kewajiban keuangannya. Selain BNI, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga memiliki exposure kredit ke Duniatex Rp 5,5 triliun pada 2015 dan saat ini tersisa Rp 2,2 triliun.
(Baca: Gagal Bayar Obligasi, Duniatex Punya Mal hingga Rumah Sakit)