Ketika Ramadan datang, ada satu hal yang selalu ditunggu-tunggu oleh para pekerja, yakni Tunjangan Hari Raya (THR). Dana tersebut biasanya digunakan untuk menunjang konsumsi selama bulan puasa dan mempersiapkan kebutuhan hari raya.
Namun, seringkali uang THR lenyap tak berbekas sesaat setelah diterima. Padahal, THR seharusnya bisa disisihkan bukan hanya untuk konsumsi tetapi juga investasi. Berikut ini sembilan langkah mengelola THR dari Perencana Keuangan dari Nahla Coaching Firm (NCF) Reni K Ashuri agar Anda bisa berlebaran dengan tenang.
Pertama, THR adalah dana yang tidak wajib untuk dihabiskan. Hal ini untuk menghindari THR habis hanya untuk konsumsi selama hari raya. Survei Snapcart terhadap 1.000 responden di Indonesia beberapa waktu lalu menunjukkan kecenderungan ini. Sebanyak 60% responden menggunakan THR yang diterima untuk berbelanja di berbagai situs e-c0mmerce.
Kedua, THR adalah dana yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan keuangan. Reni mencontohkan, tujuan keuangan misalnya menyiapkan dana untuk liburan ke luar negeri dalam tiga tahun ke depan, ibadah umrah ke tanah suci bersama keluarga, atau menyiapkan dana untuk pendidikan anak.
Ketiga, tetapkan porsi tertentu dari THR untuk diinvestasikan. "Sebaiknya THR digunakan sebesar 70-80% saja, sisanya diinvestasikan," ujar Reni di sela-sela acara Buka Puasa BNP Paribas IP, di Jakarta, Selasa (14/5) malam. Dana yang disisihkan tersebut dapat ditempatkan pada deposito, reksa dana, obligasi atau instrumen investasi lainnya sesuai dengan tujuan investasi yang ingin dicapai.
Instrumen deposito dinilai cocok untuk tujuan jangka pendek, misalnya setahun ke depan. Untuk rencana jangka menengah hingga jangka panjang, investasi pada obligasi atau reksa dana yang memberikan imbal hasil (return) lebih tinggi bisa menjadi pilihan.
Keempat, buat kajian (review) terhadap pengeluaran lebaran tahun lalu. "Bedakan antara kebutuhan dan keinginan," kata Reni. Jika pengeluaran untuk lebaran tahun lalu misalnya Rp 5 juta, dana yang disiapkan untuk tahun depan akan lebih besar karena kita juga harus memperhitungkan inflasi.
(Baca: Uang THR untuk Belanja Apa?)
Memprioritaskan Pembayaran Kewajiban
Kelima, catat keperluan prioritas atau kewajiban, seperti zakat, THR untuk karyawan rumah tangga, dan kewajiban kepada orang tua. Setelah kewajiban tersebut terpenuhi, baru dana THR bisa dialokasikan untuk kebutuhan lainnya.
Keenam, buatlah daftar pengeluaran penting lainnya di hari raya. "Pastikan pengeluaran tersebut tidak bertentangan dengan syariat, seperti merayakan lebaran dengan berlebih-lebihan atau riya," katanya.
Jika Anda harus mudik, langkah ketujuh adalah menyiapkan anggaran untuk membeli tiket kereta api, pesawat atau moda transportasi lainnya. Jika Anda mudik dengan kendaraan pribadi, tentu perlu disiapkan pula biaya untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) dan membayar tarif tol.
Langkah berikutnya, perhatikan jika ada keinginan tambahan lain saat mudik, seperti rekreasi atau membeli oleh-oleh. Reni menyarankan agar pengeluaran ekstra tersebut benar-benar diperhatikan. Jika tidak ada dana yang bisa disisihkan, sebaiknya keinginan tersebut ditunda. "Hindari berhutang jika dana tidak mencukupi," ujar Reni. Jangan sampai setelah lebaran, tagihan kartu kredit justru membengkak.
Langkah terakhir, Reni menyarankan agar kita mulai merencanakan dana THR untuk tahun berikutnya. Caranya, dengan membuat tabungan hari raya sesuai dengan proyeksi pengeluaran hari raya yang dibuat pada langkah keempat. Misalnya, dana yang dibutuhkan untuk hari raya tahun depan sebesar Rp 6 juta maka Anda harus menyisihkan dana Rp 500 ribu setiap bulan.
Dengan demikian, tahun depan kebutuhan hari raya sudah aman karena ada tabungan tersebut. Adapun THR yang diterima dari perusahaan tempat Anda bekerja bisa dialokasikan 100% untuk investasi.
(Baca: Riset: Rerata Konsumen Belanja Rp 1,2 Juta saat Ramadan 2018)