BRI Siap Suntik Rp 1 Triliun untuk Penyertaan Modal ke Finarya

KATADATA
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk siap menyuntikkan modal tambahan senilai Rp 1 triliun kepada anak perusahaannya, BRI Ventura untuk mengakuisisi saham Finarya.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Sorta Tobing
25/4/2019, 08.34 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk siap menyuntikkan modal tambahan senilai Rp 1 triliun kepada anak perusahaannya, PT BRI Ventura Investama. Suntikan modal tambahan itu agar BRI Ventura dapat menjadi pemegang saham di PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) yang merupakan pengelola aplikasi pembayaran pelat merah, LinkAja.

"Tahun ini ada penyertaan modal kepada BRI Ventura, nilainya kurang lebih Rp 1 triliun. Namun, untuk penyertaan ke Finarya tidak sampai sebesar itu (Rp 1 Triliun),” kata Direktur Utama BRI Suprajarto ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (24/4). 

Saham Finarya nantinya akan dipegang oleh tujuh Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) antara lain, Telkomsel yang memiliki 25% saham. Kemudian Bank Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing 20%. Pertamina dan BTN berbagi saham 7%, sedangkan Jiwasraya berkontribusi 1%.

(Baca: BRI Raih Laba Bersih Rp 8,2 Triliun pada Kuartal I 2019)

Suprajarto menilai kepemilikan saham BRI yang sebesar 20% tersebut sudah lebih dari cukup. Bank dengan kode emiten BBRI ini tidak berencana untuk menambah persentase saham mereka di Finarya. "Kalau bisa dikurangi (porsi sahamnya), ya dikurangi," kata Suprajarto yang menilai LinkAja bakal memberikan kontribusi positif pada pembayaran digital mereka.

Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo sempat mengatakan, nantinya platform LinkAja akan menggabungkan fitur pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code milik bank BUMN. Sejauh ini, baru BRI dan BNI yang sudah memiliki sistem pembayaran tersebut dengan produk mereka yaitu My QR dan Yap!.

Gatot percaya, dengan digabungkannya sistem pembayaran berbasis QR Code milik BUMN, dapat membuat pengelolaan menjadi lebih efisien. "Jadi promosi bareng-bareng, tidak duplikasi. Lebih efisien dari infrastruktur," kata Gatot.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin