Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang mengkaji opsi masuknya investor baru ke PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sebagai salah satu upaya untuk menyehatkan Jiwasraya yang terkendala likuiditas sehingga terjadi penundaan pembayaran polis JS Saving Plan senilai Rp 802 miliar yang telah jatuh tempo.
"Ya, tentunya masih kita kaji oleh Kementerian (BUMN)," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/1).
Untuk menyelesaikan permasalahan Jiwasraya, Wimboh mengatakan OJK dan Kementerian BUMN mendorong adanya restrukturisasi dengan insentif, sehingga diharapkan nasabah yang terkendala pembayaran penebusan polisnya mau untuk memperpanjang polisnya.
Wimboh menilai permasalahan di Jiwasraya hanya sebatas ketidakcocokan (missmatch) dalam investasi yang merupakan hal yang wajar terjadi di sektor jasa keuangan. Dengan investasi yang telah dilakukan pada aset jangka panjang, jika ada kebutuhan likuiditas jangka pendek seperti penebusan polis yang telah jatuh tempo dalam jumlah besar, perusahaan asuransi sesehat apapun akan terbebani.
(Baca: Jiwasraya Target Peserta Roll Over JS Saving Plan 45% )
"Kalau semua di-redeem (tebus), pasti ya asuransi sesahat apa pun kalau di-radeem akan berat. Untuk itu, kami minta sementara disiapkan dananya yang missmatch, tapi sebenarnya yang lebih penting itu kita restrukturisasi dengan insentif," katanya Wimboh.
Meski begitu, untuk perbaikan jangka panjang Jiwasraya, Wimboh menyerahkan kepada manajemen Jiwasraya dan pemegang saham untuk mengatasi bisnis Jiwasraya ke depannya. Meski begitu, Wimboh mengatakan sudah ada kiat-kiat yang dilakukan demi memperbaiki bisnis Jiwasraya tersebut.
Sebelumnya dikabarkan sudah ada beberapa investor yang tertarik menaruh dananya di Jiwasraya. Sebagian merupakan perusahaan pelat merah. Salah satu perusahaan pelat merah yang dikabarkan akan menyuntikkan dana untuk Jiwasraya yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI).
Namun, Menteri BUMN Rini Soemarno menampik kabar BRI sebagai investor baru melalui skema akuisisi. “Tidak, tidak ada. Jangan gosip-gosip,” kata Rini di Istana Negara, Jakarta, Senin (28/1).
(Baca: Pemerintah Restrukturisasi Jiwasraya, Menteri Rini Bantah Diambil BRI)
Namun, Rini sejalan dengan Wimboh, di mana pihaknya menegaskan tengah melakukan restrukturasi terhadap Jiwasraya. Hal ini agar investasi perseroan menjadi sehat kembali. Alhasil, ekspansi bisnis dari Jiwasraya dapat berjalan lancar. “Yang penting direstrukturisasi dengan baik,” kata Rini.
Manajemen Jiwasraya sendiri telah memiliki sejumlah strategi untuk meningkatkan kinerja Jiwasraya tahun ini sehingga dapat memenuhi kewajiban pembayaran polis produk JS Saving Plan. Pertama, manajemen akan meningkatkan penjualan produk asuransi Jiwasraya kepada peserta baru dan menambah manfaat produk asuransi kepada peserta lama.
Kedua, mengembangkan varian produk asuransi Jiwasraya yang sifatnya lebih sederhana dan kekinian seperti asuransi mikro dengan premi yang ringan. Ketiga, melakukan efisiensi dengan mengembangkan platform digital.
Keempat, meningkatkan pemanfaatan aset-aset yang tidak produktif. Sedangkan untuk langkah terakhir, manajemen baru juga akan membenahi penempatan portofolio investasi sehingga tidak lagi mengalami ketidakcocokan (missmatch) yang menggangu likuiditas.