PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menargetkan nasabah atau pesertanya yang berminat untuk memperpanjang kontrak polis (roll over) untuk produk JS Saving Plan mencapai angka 45% hingga triwulan-I 2019. Jiwasraya mengklaim nasabah yang roll over saat ini sudah lebih dari 35%.
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan, awalnya mereka hanya menargetkan 30%, tapi tren peserta yang berniat roll over terus meningkat. "Jika berbicara ratio roll over, sepertinya bisa mencapai di atas 45%," ujar Hexana melalui keterangan tertulis, Rabu (23/1).
Target tersebut dipatok menyusul tingginya minat peserta JS Saving Plan, pasca manajemen baru Jiwasraya menawarkan opsi bunga untuk peserta yang berniat melakukan roll over. Manajemen baru Jiwasraya menawarkan bunga sebesar 7% per tahun atau setara dengan 7,49% per tahun net efektif.
(Baca: Menteri BUMN Tunggu Hasil Audit Keuangan Jiwasraya oleh BPK dan BPKP)
Tidak hanya itu, Jiwasraya bersama pemegang saham Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berkomitmen melakukan pembayaran polis jatuh tempo kepada peserta yang tidak berminat melakukan roll over. Mereka memberikan bunga pengembangan sebesar 5,75% per tahun. Di mana pelunasan sendiri, akan dilakukan mulai kuartal II 2019.
"Kami sangat optimistis karena sampai hari ini saja roll over sudah di atas 35%, dari pekan lalu yang hanya mencapai 33%. Kami berterima kasih kepada seluruh peserta karena sudah mau mengerti dan bersabar," kata Hexana.
Seperti diketahui, upaya perbaikan ini, manajemen Jiwasraya memiliki sejumlah strategi dalam rangka meningkatan kinerja di sepanjang 2019 dan memenuhi kewajiban polis produk JS Saving Plan. Pertama, manajemen akan meningkatkan penjualan produk asuransi Jiwasraya kepada peserta baru dan menambah manfaat produk asuransi kepada peserta eksisting.
Kedua, mengembangkan varian produk asuransi Jiwasraya yang sifatnya lebih sederhana dan kekinian seperti asuransi mikro dengan premi yang ringan. Ketiga, melakukan efisiensi dengan mengembangkan platform digital.
Keempat, meningkatkan pemanfaatan aset-aset yang tidak produktif. Sedangkan untuk langkah terakhir, manajemen baru juga akan membenahi penempatan portofolio investasi sehingga tidak lagi mengalami ketidakcocokan (missmatch) yang menggangu likuiditas.
(Baca: Problem Jiwasraya, DPR Tegaskan Pemerintah Tak Bisa Asal Suntik Modal)