Targetkan Pertumbuhan 15%, Asuransi Tugu Garap Bisnis Baru

Pertamina
SPBU Pertamina akan menjadi jalur distribusi alternatif bagi PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk.
Penulis: Hari Widowati
6/4/2018, 08.04 WIB

PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk, anak usaha PT Pertamina (Persero), menargetkan pertumbuhan pendapatan premi bersih sebesar 15% menjadi Rp 808,1 miliar pada 2018. Perusahaan akan menggarap beberapa bisnis baru di segmen retail dan mikro dengan memanfaatkan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina sebagai jalur distribusi alternatif.

Direktur Utama Asuransi Tugu Indra Baruna mengatakan, perusahaan ingin menyeimbangkan kontribusi dari segmen premium dengan segmen menengah ke bawah. Segmen premium antara lain mencakup asuransi di sektor minyak dan gas (migas), energi, asuransi rangka kapal, dan asuransi penerbangan. Sementara itu, segmen menengah ke bawah termasuk asuransi personal dan asuransi mikro. "Ada beberapa peluang yang bisa dikembangkan berupa produk finansial di segmen retail yang selama ini belum dimasuki," kata Indra dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (5/4).

Asuransi Tugu akan memanfaatkan jaringan SPBU Pertamina sebagai salah satu saluran distribusi dengan membuka gerai-gerai penjualan produk asuransi di Bright Store. "Kami akan mencoba mendistribusikan produk kami di SPBU Pertamina yang menjadi salah satu keunggulan kompetitif kami. Lalu lintas di SPBU sangat besar, ada pasar potensial di situ," kata Indra. Pemasaran produk retail dan mikro pada tahap awal akan dilakukan di 20 SPBU Pertamina lalu ditingkatkan menjadi 50 gerai pada akhir tahun ini.

Perusahaan akan menawarkan produk asuransi kecelakaan, asuransi kendaraan bermotor, maupun asuransi kesehatan dengan premi yang murah. Untuk segmen ini, Asuransi Tugu akan mengandalkan volume untuk mengimbangi premi yang murah. Hal ini berbeda dengan segmen premium yang nilai preminya lebih besar walaupun volumenya kecil.

Perusahaan ingin meningkatkan kontribusi pendapatan dari segmen retail dan mikro dari 3% pada 2017 menjadi 5% pada tahun ini. Dalam beberapa tahun ke depan, porsi pendapatan dari segmen retail dan mikro akan mencapai 10%-15% dari total pendapatan premi perusahaan. Hal ini dilakukan karena bisnis di segmen premium sangat tergantung pada pergerakan harga komoditas minyak dan gas. Tahun lalu, ada beberapa proyek migas yang tertunda karena harga minyak dunia melemah sehingga berpengaruh pada bisnis perusahaan.

(Baca juga: Pertamina akan Lepas Saham Tiga Anak Usahanya ke Publik)

Kinerja Perusahaan

Direktur Keuangan dan Jasa Korporat Asuransi Tugu Muhammad Syahid mengatakan, perseroan membukukan pendapatan premi bersih Rp 702,7 miliar, naik 7,39% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hasil underwriting perseroan meningkat signifikan 35,42% menjadi Rp 488,7 miliar karena perusahan mampu menurunkan klaim bersih terhadap total pendapatan premi. Hasil investasi Asuransi Tugu juga tumbuh 16,07% menjadi Rp 193,7 miliar. "Meskipun suku bunga simpanan turun, kenaikan hasil investasi ini didukung strategi manajemen portofolio investasi perseroan yang mampu memanfaatkan penguatan pasar modal," kata Syahid.

Asuransi Tugu membukukan laba bersih non-konsolidasi sebesar Rp 285,4 miliar, meningkat 71,65% dibandingkan dengan 2016 sebesar Rp 166,3 miliar. Syahid mengatakan, pertumbuhan laba perusahaan didukung kondisi ekonomi yang baik serta kebijakan perusahaan yang semakin berhati-hati dalam menutup risiko dan meningkatkan retensi untuk risiko yang baik. Hingga akhir 2017, rasio solvabilitas atau risk based capital (RBC) Asuransi Tugu mencapai 378,09%. Angka ini di atas ketentuan minimum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120%.

Rencana IPO

Asuransi Tugu saat ini masih menunggu lampu hijau dari OJK terkait rencana perusahaan untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Seperti diketahui, perusahaan sebelumnya menargetkan pencatatan saham perdana (IPO) bisa terlaksana pada 2017. Namun, kondisi pasar modal yang kurang baik membuat perusahaan menunda aksi korporasi tersebut.

"Sampai saat ini kami belum bisa membuka lebih banyak tentang rencana IPO karena masih diproses oleh regulator," kata Sekretaris Perusahaan Asuransi Tugu Syaiful Azhar. Perusahaan berharap dalam beberapa bulan ke depan sudah ada kabar baik mengenai rencana IPO tersebut.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sebelumnya menyebutkan Asuransi Tugu Pratama akan IPO untuk mendapatkan dana segar yang bisa mendukung ekspansi perusahaan di segmen retail. Asuransi Tugu Pratama yang memiliki pangsa pasar terbesar di bisnis asuransi umum di Indonesia diperkirakan akan melepas hingga 40% saham dalam hajatan tersebut.

(Baca juga: 11 Anak Usaha BUMN Ajukan Minat Jadi Perusahaan Publik)