PT Bank Tabungan Negara/BTN (Persero) Tbk membukukan laba bersih tahun lalu senilai Rp 3,02 triliun atau naik 15,59 persen dibandingkan perolehan 2016. Tahun ini bank pelat merah tersebut sangat optimistis dengan menargetkan pertumbuhan laba yang sangat tinggi.

"Net profit kami ini akan menjadi lebih besar lagi. Peningkatannya itu akan lebih besar, 25 persen. Target NPL (rasio kredit bermasalah) kami yaitu antara 2,3-2,5 persen," ujar Direktur Utama Bank BTN Maryono dalam konferensi pers di Menara BTN, Jakarta, Selasa (13/2).

Peningkatan laba tahun ini akan dikejar dengan target pertumbuhan pembiayaan dan kredit sebesar 22-24 persen, serta target simpanan yang tumbuh 19-22 persen dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) 4,5-5 persen.

Melihat dua tahun ke belakang, BTN sebenarnya telah berhasil membukukan pertumbuhan laba 2016 hingga 41 persen, kemudian melambat di tahun lalu. Meski begitu, Maryono tidak menjelaskan apa yang menyebabkan perlambatan ini.

(Baca: Survei: Milenial Pilih Pelesir, Beli Gawai & Mobil Ketimbang Properti)

Dia hanya mengatakan capaian laba 2017 ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan yang naik 21,01 persen menjadi Rp 198,99 triliun. "Capaian tersebut karena berbagai transformasi dan inovasi dalam rangka mendukung Program Satu Juta Rumah," ujarnya.

Kredit perumahan Bank BTN memang masih mendominasi komposisi pinjaman bank plat merah tersebut.  Sekitar 90,07 persen total kredit yang disalurkan BTN tahun lalu adalah KPR. Tahun lalu, kredit perumahan ini tumbuh 21,14 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 179,22 triliun.

Ini membuat Bank BTN tercatat masih menguasai pasar KPR Indonesia dengan pangsa sebesar 36,3 persen. Bahkan di segmen KPR Subsidi, 95,42 persen pasar menjadi miliki Bank BTN. "KPR Subsidi mencatatkan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 32,45 persen dari Rp 56,83 triliun menjadi 75,27 triliun pada 2017," ujar Maryono.

(Baca: Digitalisasi Layanan, BTN Targetkan Penyaluran 700 Ribu Rumah KPR)

Maryono juga menambahkan bahwa KPR non-subsidi pun tercatat naik 14,62 persen dari Rp 60,46 triliun menjadi Rp 69,3 triliun. Kredit konstruksi Bank BTN juga naik 18,98 persen menjadi Rp 26,08 triliun. Kredit perumahan lainnya tercatat senilai Rp 8,56 triliun.

Maryono juga mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen akan terus memberikan dukungan pembiayaan untuk 750 ribu unit rumah pada 2018. Target tersebut terdiri atas penyaluran kredit perumahan subsidi untuk 536.868 unit rumah dan kredit perumahan non-subsidi pada 213.132 unit rumah.

Sementara, kredit nonperumahan Bank BTN naik sebesar 19,78 persen dari Rp 16,49 triliun menjadi Rp19,76 triliun pada 2017. Menurut Maryono, kenaikan tersebut ditopang peningkatan kredit konsumsi sebesar 1,59 persen menjadi Rp 4,81 triliun dan kredit komersial sebesar 27,12 persen menjadi Rp14,95 triliun.

Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) Bank BTN tahun lalu berada di level 1,66 persen atau membaik dari 1,85 persen pada 2016. NPL gross pun tercatat turun dari 2,84 persen menjadi hanya sebesar 2,66 persen.

Selain itu, aset Bank BTN juga melonjak 22,04 persen dari Rp 214,16 triliun menjadi Rp 261,36 triliun pada 2017. Tahun ini BTN menargetkan total asetnya naik 17-20 persen. "Kami optimistis target (menjadi) bank terbesar ke-5 berdasarkan aset akan terpenuhi,” kata Maryono.