Aneka Risiko Ekonomi Mengancam, BI Tahan Suku Bunga Acuan

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
16/2/2017, 20.54 WIB

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) juga mengalami surplus sebesar 12,1 miliar dolar AS, membaik secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami defisit 1,1 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2016 tercatat 116,4 miliar dolar AS.

Cadangan devisa kembali meningkat pada Januari 2017 menjadi 116,9 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,7 bulan impor atau 8,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Nilai tukar rupiah juga menunjukkan kestabilan meski sempat mengalami tekanan pada Triwulan IV-2016. Pada periode tersebut, rupiah melemah 3,13 persen menjadi Rp 13.473 per dolar AS akibat dampak terpilihnya Donald Trump, kenaikan bunga dana AS, dan meningkatnya kebutuhan dolar AS untuk pembayaran utang luar negeri.

Namun, rupiah kembali mengalami penguatan sebesar 0,9 persen pada Januari 2017 menjadi sebesar Rp 13.352 per dolar AS akibat kembali masuknya aliran dana asing dan persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik.

“Ke depan, BI akan terus mewaspadai perkembangan risiko ketidakpastian keuangan global dan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar agar sesuai fundamental dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar,” ujar Agus.

(Baca juga: Banjir Dana Asing ke Indonesia Rp 24,4 Triliun Sejak Awal Tahun)

Di sisi lain, kondisi sistem keuangan juga diklaim tetap stabil. Pada Desember 2016, rasio kecukupan modal (Capital Adecuacy Ratio/CAR) perbankan nasional tercatat sebesar 22,7 persen dan rasio likuiditas 20,9 persen. Adapun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat mulai turun dari kisaran 3 persenan menjadi 2,9 persen gross dan 1,2 persen nett.

Lebih jauh, kebijakan BI memangkas bunga acuan secara agresif sepanjang tahun lalu juga diklaim telah berdampak terhadap penurunan suku bunga deposito dan kredit. "Telah menurunkan bunga deposito 122 basis poin dan suku bunga kredit sebesar 79 basis poin," ucapnya. 

Meski begitu, pertumbuhan kredit nyatanya masih relatif rendah. Kredit cuma tumbuh sebesar 7,9 persen pada 2016 atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 10,5 persen. Hal ini, menurut Agus, disebabkan oleh rendahnya permintaan kredit sejalan dengan konsolidasi yang dilakukan oleh korporasi dan masih lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

(Baca juga: Kredit Bermasalah Bengkak, Laba Bank Mandiri Anjlok 32 Persen)

Di sisi lain, pertumbuhan dana nasabah (Dana Pihak Ketiga/DPK) tercatat membaik lantaran berhasil tumbuh 9,6 persen, melebihi pertumbuhan di tahun sebelumnya yang sebesar 7,3 persen. Pertumbuhan tinggi dana nasabah juga disokong oleh repatriasi (pemulangan harta) terkait program pengampunan pajak (tax amnesty).

“Pertumbuhan kredit dan DPK pada tahun 2017 diperkirakan lebih baik, masing-masing dalam kisaran 10-12 persen dan 9-11 persen,” ucap Agus.

Halaman: