Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pertumbuhan kredit perbankan tahun ini mencapai 12 persen. Sebelumnya OJK menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini antara 9 hingga 12 persen.
"Target 9 sampai 12 persen tapi saya minta ambil (target) yang 12 persennya," kata Jokowi dalam pertemuan awal tahun pelaku Industri Jasa Keuangan di Istana Negara, Jumat (13/1/2017).
(Baca juga: Jokowi Akan Tambah Subsidi KUR agar UMKM Tak Terjerat Rentenir)
Untuk menggenjot penyaluran kredit, Jokowi meminta perbankan dapat masuk dan membiayai banyak sektor terutama yang terkait ekonomi kerakyatan. Oleh sebab itu Jokowi meminta perbankan tidak melulu membiayai kegiatan ekonomi berskala besar namun masuk ke dalam kegiatan seperti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Jumlah UMKM di Indonesia sangat besar, yakni 57,9 juta. Hanya saja, potensi besar ini tidak berbanding lurus dengan akses pada modal maupun investasi.
Selain itu, Jokowi juga meminta perbankan tak segan mengucurkan kredit ke sektor perkebunan. Apalagi, sektor ini banyak yang dimiliki pengusaha rakyat. "Berikan pada mereka (petani) untuk beli bibit," katanya.
(Baca juga: Lawatan Abe dan Momentum Pasang Investasi Jepang di Indonesia)
Di sektor perkebunan sawit misalnya, kepemilikan kebun oleh petani 41 persen. Sementara pada perkebunan karet, pemilikan lahan oleh petani mencapai 84 persen dan kelapa 99 persen. “Ini kelapa booming untuk pasar-pasar di Amerika Serikat dan Eropa. Berikan kredit bagi mereka untuk beli bibit," ujarnya.
Produksi dan Ekspor Kelapa Indonesia 2010-2015
Tentunya hal tersebut juga patut dilakukan perbankan dengan sejumlah kehati-hatian mengingat adanya potensi non performing loan (NPL) atau kredit macet. Namun Jokowi melihat saat ini NPL perbankan masih berada pada angka 3,18 persen, relatif masih aman. "Jadi jangan takut bagi perbankan untuk memberikan kredit," katanya.
Adapun Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan ruang pertumbuhan kredit lebih tinggi dari 12 persen masih terbuka, asalkan kondisi ekonomi global serta domestik menunjukkan gejala yang lebih membaik lagi. "Apalagi kondisi permodalan perbankan kota saat ini juga kuat," katanya.
(Baca juga: OJK Batasi Nilai Kredit Lewat Fintech Maksimal Rp 2 Miliar)