Jaga Rupiah, BI Dorong Dana Repatriasi Masuk Sektor Riil

Arief Kamaludin|KATADATA
29/9/2016, 19.30 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo berharap dana repatriasi dari program pengampunan pajak dapat diarahkan menuju investasi di sektor riil. Hal ini untuk mencegah dana tersebut hanya masuk ke instrumen keuangan yang mudah untuk keluar.

Sebab, bila hal itu terjadi akan berisiko atas melemahnya rupiah dan ketersediaan likuiditas. “Lebih baik repatriasi ke sektor riil. Uang bisa keluar lagi (dengan cepat) kalau di instrumen keuangan,” kata Agus di Jakarta, Kamis, 29 September 2016.

Saat ini, kurs rupiah dalam tren menguat dan sudah mencapai level 12.900 per dolar Amerika. Penguatan tersebut, kata Agus, salah satunya dipicu oleh banjir dana repatriasi sehingga membuat likuiditas melimpah. (Baca: Menkeu: Rasio Tebusan Tax Amnesty RI Terbesar di Dunia).

Menurutnya, program pengampunan pajak alias tax amnesty telah membawa sentimen positif. Nilai tukar rupiah menguat hingga di bawah 12.900 per dolar Amerika. Selain itu, hasil debat calon presiden Amerika Serikat juga dianggap berpengaruh dalam penguatan ini.

Derasnya dana repatriasi tadi membuat konversi dolar Amerika kepada rupiah berlangsung secara masif. Hal tersebut menagngkat rupiah secara signifikan. “Suplai dolar Amerika banyak, otomatis rupiah menguat,” katanya. (Baca: Peserta Amnesti Membeludak, Ditjen Pajak Tetapkan Kondisi Luar Biasa).

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan menguatnya rupiah juga mengindikasikan pulihnya kepercayaan investor terhadap pulihnya ekonomi Indonesia. Ke depan, tax amnesty pun tetap menjadi variabel pergerakan nilai tukar rupiah.

Faktor domestik yang positif ini akan lebih kuat dari perkiraan saya dan akan membuat rupiah semakin terapresiasi,” kata Perry.

Sebelumnya, Kepala Riset Monexindo Ariston Tjendra melihat penguatan tajam rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Dari luar negeri, bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, belum menaikkan suku bunga pada September ini.

Dari dalam negeri, ada perkembangan positif program amnesti pajak dan data-data ekonomi Indonesia yang masih mendukung. “Inflasi di level rendah, pertumbuhan ekonomi membaik, dan neraca dagang masih surplus,” katanya. (Baca: Ikut Tax Amnesty, Bakrie Klaim Tak Punya Perusahaan di Luar Negeri).

Namun, Ariston memperkirakan, rupiah berpeluang kembali ke level 13.000 per dolar Amerika pada akhir tahun nanti jika bank sentral Amerika jadi mengerek suku bunganya.


Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS 4 Januari-28 September 2016 (Sumber: Databoks)

Analisa kaitan program tax amnesty dan rupiah juga pernah disampaikan Lana Soelistianingsih. Ekonom dari Universitas Indonesia ini menyatakan bila pemerintah berhasil menarik dana repatriasi Rp 130 triliun maka akan berdampak signifikan terhadap kurs rupiah.

Hitungannya, tambahan US$ 10 miliar atau sektar Rp 130 triliun bisa membuka peluang penguatan kurs rupiah sekitar 300 sampai 500 poin. “Kalau Rp 130 triliun saja masuk berarti ada tambahan US$ 10 miliar. Rupiah bisa 12.500 per dolar Amerika,” ujarnya. (Lihat pula: Deklarasi 20 Persen dari PDB, Tax Amnesty Indonesia Cetak Rekor).