Dana Pensiun dan Asuransi Atasi Ketergantungan Pembiayaan Bank

Arief Kamaludin | Katadata
19/9/2016, 14.40 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Sri mengatakan sebenarnya tidak sehat bila hanya mengandalkan penyaluran kredit perbankan sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan diversifikasi pasar keuangan.

“Terlihat kita masih terlalu bergantung pada perbankan,” kata Sri Mulyani pada pembukaan seminar Pendalaman Pasar Keuangan di Bank Indonesia, Jakarta, Senin, 19 September 2016. (Baca: Sri Mulyani Soroti Kontribusi Pasar Modal bagi Perekonomian).

Menurut dia, beberapa instrumen yang cukup menarik adalah dana pensiun dan asuransi yang memiliki potensi besar. Karenanya, institusi terkait perlu membuat regulasi instrumen dana pensiun lebih baik.

Pendalaman pasar keuangan ini penting mengingat akan ada dana repatriasi yang masuk dari program pengampunan pajak. “Kami melihat repatriasi akan menjadi pemicu dari pendalaman pasar keuangan,” katanya.

Secara umum, dia menilai pengembangan pasar keuangan Indonesia hingga kini masih lambat. Hal tersebut jika dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura di mana kapitalisasi pasar keuangan Indonesia hanya 41 persen.

Lambatnya pengembangan pasar keuangan terlihat dari industri keuangan yang terlalu bertumpu kepada perbankan. Dari sisi aset, perbankan menguasai 78,7 persen. Sedangkan asuransi yang merupakan instrumen keuangan kedua terbesar hanya 10,4 persen. “Untuk multifinance lebih kecil lagi, hanya 5,2 persen,” ujar Sri Mulyani.

Halaman: