Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Sri mengatakan sebenarnya tidak sehat bila hanya mengandalkan penyaluran kredit perbankan sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan diversifikasi pasar keuangan.
“Terlihat kita masih terlalu bergantung pada perbankan,” kata Sri Mulyani pada pembukaan seminar Pendalaman Pasar Keuangan di Bank Indonesia, Jakarta, Senin, 19 September 2016. (Baca: Sri Mulyani Soroti Kontribusi Pasar Modal bagi Perekonomian).
Menurut dia, beberapa instrumen yang cukup menarik adalah dana pensiun dan asuransi yang memiliki potensi besar. Karenanya, institusi terkait perlu membuat regulasi instrumen dana pensiun lebih baik.
Pendalaman pasar keuangan ini penting mengingat akan ada dana repatriasi yang masuk dari program pengampunan pajak. “Kami melihat repatriasi akan menjadi pemicu dari pendalaman pasar keuangan,” katanya.
Secara umum, dia menilai pengembangan pasar keuangan Indonesia hingga kini masih lambat. Hal tersebut jika dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura di mana kapitalisasi pasar keuangan Indonesia hanya 41 persen.
Lambatnya pengembangan pasar keuangan terlihat dari industri keuangan yang terlalu bertumpu kepada perbankan. Dari sisi aset, perbankan menguasai 78,7 persen. Sedangkan asuransi yang merupakan instrumen keuangan kedua terbesar hanya 10,4 persen. “Untuk multifinance lebih kecil lagi, hanya 5,2 persen,” ujar Sri Mulyani.
Sebelumnya, dia telah menyoroti peran dan kontribusi pasar keuangan yang belum signifikan mendukung pertumbuhan ekonomi. Padahal, di tengah lesunya perekonomian, industri keuangan dan pasar modal masih mencatatkan pertumbuhan. (Lihat pula: Atasi Kelesuan Ekonomi, IDB Didorong Perbesar Dana Infrastruktur).
Di usianya yang menginjak 39 tahun pada 2016, pasar modal Indonesia terhitung masih muda sehingga terbuka peluang lebih besar untuk pendalaman pasar melalui berbagai produk baru investasi. Dengan begitu, pasar modal dapat tumbuh lebih tinggi lagi.
Harapannya, pasar modal dan pasar keuangan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang menyejahterakan rakyat. Pasar modal dan lembaga keuangan bisa menjadi saluran yang efektif dalam menyerap tenaga kerja di sektor riil.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan telah melakukan sejumlah cara untuk memperdalam pasar keuangan. Salah satunya dengan mengubah ketentuan suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR). (Baca: Revisi Aturan, BI Dorong JIBOR Jadi Acuan Bunga Bagi Bank).
“Dari sisi tenor juga telah kita perpanjang ke tiga bulan untuk meningkatkan likuiditas jangka panjang di sektor keuangan,” kata Agus.
Penguatan di sektor keuangan memang terus dibangun oleh pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Langkah ini diharapkan dapat mempengaruhi arus modal masuk ke pasar keuangan, sekaligus mengurangi tekanan terhadap rupiah.