Penyaluran Kredit Melambat, Kredit Bermasalah Menanjak

Bank KATADATA|Arief Kamaludin
15/9/2016, 13.03 WIB

Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede, tingginya risiko kredit bermasalah membuat bank menjadi lebih selektif dalam menyalurkan kredit. Risiko ini juga direspons oleh perbankan yang hanya menurunkan suku bunga kredit 0,47 persen sejak awal tahun. Padahal suku bunga acuan BI (BI Rate) sudah dipangkas satu persen.

Karena itu, ia memperkirakan tahun ini kredit hanya tumbuh 7-9 persen. “Saya pikir kenaikan NPL ini akan berlanjut setidaknya sampai kuartal III-2016, mengingat perbankan masih membatasi penyaluran kreditnya dan kondisi kredit bermasalah bank belum membaik dalam waktu dekat,” kata dia kepada Katadata, Kamis (15/9).

(Baca: Kenaikan Kredit Bermasalah Perbankan Meluas ke Berbagai Sektor)

Penyebab lain lambannya pertumbuhan kredit, yakni pemangkasan anggaran oleh pemerintah. Pengeluaran pemerintah diharapkan bisa mendorong sektor riil untuk berinvestasi. Apalagi penghematan ini juga diperkirakan akan  berimbas pada berkurangnya potensi pertumbuhan ekonomi. Josua memprediksi ekonomi tahun ini hanya tumbuh lima persen.

“Pertumbuhan ekonomi riil dan kredit itu memiliki pola pergerakan yang searah atau procyclical, sehingga pada kondisi ekonomi sektor riil belum membaik signifikan, permintaan kredit pun belum akan membaik,” tutur Josua.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Haddad memprediksi bahwa tren kenaikan NPL telah mencapai puncaknya pada Semester I 2016. Penyebab tren kenaikan ini masih sama seperti dua tahun terakhir yakni melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan. Alhasil, kondisi ini berimbas pada meningkatnya kredit macet di sektor komoditas yang kemudian meluas ke sektor lainnya. 

Halaman: