Cadangan Devisa Bisa Jaga Rupiah dari Risiko Bunga The Fed

Arief Kamaludin|KATADATA
9/9/2016, 09.46 WIB

Selain itu, Lana menambahkan, permintaan dolar bisa ditekan karena perusahaan memanfaatkan fasilitas lindung nilai alias (hedging) untuk memenuhi kebutuhan dolar di masa depan. “Kalau (kurs rupiah) melemah, tidak akan lebih dari Rp 14 ribu,” kata Lana kepada Katadata, Kamis (8/9). Lana memperkirakan kurs rupiah akan tetap berada di kisaran 13.100 sampai 13.400 per dolar AS.

(Baca juga: BI: Tax Amnesty Membuat Rupiah Lebih Kuat Tahun Depan)

Sedangkan Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual melihat, peningkatan cadangan devisa terbantu oleh besarnya dana masuk ke bursa saham dan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. “Ini membuat BI tak perlu lakukan intervensi, kebutuhan dolar banyak dipenuhi sendiri oleh pasar,” kata dia. Sebelumnya, David menyebut total dana masuk ke pasar saham dan obligasi telah mencapai Rp 170 triliun.

Melalui siaran pers BI dua hari lalu (7/9), Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, peningkatan cadangan devisa sebesar US$ 2,1 miliar pada Agustus lalu terutama berasal dari penerimaan pajak dan devisa migas. Selain itu, bersumber dari penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan hasil lelang SBBI valas, yang melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. (Baca juga: Rupiah Menguat Tajam bila Dana Repatriasi Rp 130 Triliun)

Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,7 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. “Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” kata Tirta.

Halaman: