Setelah sukses menerbitkan obligasi berdenominasi euro, pemerintah kembali akan menerbitkan surat utang mata uang asing lain. Rencananya Kementerian Keuangan akan menerbitkan obligasi valas berdenominasi mata uang Jepang.
“Bulan ini sudah bisa kami terbitkan,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat ditemui di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/6). (Baca: Defisit Melebar, Pemerintah Hendak Tambah Utang Rp 27 Triliun)
Proses penjajakan kepada para investor Jepang sudah dilakukan sebelumnya. Saat ini tinggal menunggu waktu penerbitannya. Bambang mengatakan penerbitan obligasi yen atau yang dikenal dengan Samurai Bond, memakan waktu yang cukup lama.
Berbeda dengan saat menerbitkan Euro Bond yang proses book building atau proses penentuan harga bisa berlangsung cepat. Proses book building untuk Samurai Bond yang dilakukan Kementerian Keuangan di Jepang memakan waktu hingga satu bulan dua minggu.
Menurut Bambang, obligasi mata uang Jepang dipilih karena negara tersebut menerapkan suku bunga negatif. Perbankan di negeri Sakura ini mengenakan biaya kepada para pemegang deposito. Padahal biasanya pemegang deposito mendapat bunga dari bank. Hal ini membuka peluang Indonesia menjaring investor negara tersebut.
Bambang tidak menjelaskan lebih rinci mengenai berapa besar total Samurai Bond yang akan diterbitkan. Dia hanya menyebut, kisaran jumlahnya sama dengan hasil Euro Bond yang didapat dari hasil penerbitan obligasi ini dua hari lalu. (Baca: Tutupi Biaya Infrastruktur, Pemerintah Kembali Keluarkan Obligasi)
pemerintah melelang euro bond senilai 3 miliar euro dengan tenor tujuh tahun dan 12 tahun, masing-masing sebesar 1,5 miliar euro. Imbal hasil atau yield yang ditawarkan sebesar 2,77 persen untuk tenor tujuh tahun dan yield tenor 12 tahun sebesar 3,90 persen.
Saat penerbitan surat utang ini mendapat kelebihan permintaan hingga 8,36 miliar euro atau sekitar Rp 125,4 triliun. Transaksi Euro Bond tahun ini mencetak rekor dan menunjukkan Indonesia cukup menarik bagi investor asing.
Sebelumnya Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengatakan Kementerian Keuangan berencana menerbitkan Surat Utang Negara valuta asing yakni Euro Bond dan Samurai Bond pada semester I tahun ini. Penerbitan ini sembari menunggu situasi pasar lebih stabil. Langkah ini juga sebagai antisipasi diumumkannya kenaikan suku bunga Amerika Serikat atau fed rate.
Suahasil mengatakan kebutuhan anggaran untuk membangun infrastruktur mencapai Rp 5.500 triliun selama lima tahun. Sementara kemampuan pemerintah maksimal Rp 300 triliun per tahun, atau Rp 1.500 triliun sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sedangkan pemasukan tahun ini terkendala penurunan harga minyak sehingga Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Pajak Penghasilan Minyak dan Gas menurun. (Baca: Gubernur BI: Utang Luar Negeri Naik karena Ekonomi Menggeliat)