Efek pandemi virus corona (Covid-19) yang makin meluas, membuat perusahaan pembiayaan atau multifinance merevisi target kinerja tahun ini. Hal tersebut dilakukan, karena saat ini sulit mendorong kredit baru secara agresif.
Direktur PT Mandiri Tunas Finance (MTF) Harjanto Tjitohardjojo menjelaskan, meski kinerja hingga Maret 2020 tercatat positif, prospek penyaluran pembiayaan ke depan tergolong berat.
"Penyaluran pembiayaan baru di kuartal II 2020 akan berat, sehingga kami lebih berhati-hati saat ini. Penyaluran pembiayaan MTF dipastikan lebih ketat dibanding tahun-tahun sebelumnya," kata Harjanto, kepada Katadata.co.id, Selasa (5/5).
Hingga Maret 2020 pembiayaan baru MTF tercatat mencapai Rp 7,2 triliun, naik 4,34% dibanding periode yang sama tahun lalu, yang sebesar Rp 6,9 triliun. Meski demikian, Harjanto mengakui pencapaian per Maret 2020 tersebut di bawah target yang ditetapkan.
Mencermati situasi pelik akibat pandemi Covid-19, MTF memutuskan merevisi target penyaluran kredit tahun ini sebesar 50% menjadi Rp 15 triliun. Sebelumnya, MTF menargetkan mampu menyalurkan hingga Rp 30,5 triliun.
Sedangkan untuk proyeksi kinerja pendapatan dan laba, saat ini MTF tengah membuat berbagai asumsi skenario sebagai stress test. Dari berbagai skenario yang dibuat, nantinya akan keluar perkiraan kinerja yang mungkin dicapai tahun ini.
Dari segi strategi bisnis, MTF akan memprioritaskan penyaluran pembiayaan baru pada segmen Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dokter. Salah satu promo yang disiapkan adalah, persyaratan uang muka atau down payment 25% untuk kredit mobil dengan bunga 3,5%.
(Baca: Perkuat Likuiditas, MTF akan Rilis Obligasi sebesar Rp 1 Triliun)
Tak hanya soal penyaluran kredit, MTF juga dipusingkan oleh potensi meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF). Pasalnya, sejumlah debitur mengalami kesulitan membayar karena terdampak pandemi Covid-19.
Untungnya, selama Maret 2020 kinerja MTF masih lumayan karena karena ada outstanding dari pinjaman Februari 2020. Rasio NPF Maret 2020 juga masih rendah di level 1,06%, tak jauh berbeda dengan Maret 2019 lalu yang sebesar 1,07%.
"Namun, tekanan kenaikan NPF mulai dirasakan sejak April 2020, karena restrukturisasi pembiayaan baru dijalankan akhir Maret 2020 lalu," ujarnya.
Sementara, Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim mengungkapkan, akibat pandemi Covid-19 penyaluran pembiayaan baru dipastikan akan sulit. Ia menegaskan, BCA Finance tidak akan menggenjot penyaluran kredit baru, setidaknya selama kuartal II 2020.
"Kalaupun ada permohonan pembiayaan baru yang masuk, verifikasinya akan kami perketat. Ini semata-mata untuk menghindari potensi kenaikan NPF," kata Roni.
Ia menjelaskan, saat ini fokus BCA Finance adalah melakukan restrukturisasi pembiayaan, serta mengawal agar prosesnya berjalan dengan lancar. Harapannya, ketika pandemi Covid-19 mereda, laju pembiayaan akan kembali normal dan NPF berangsur-angsur akan turun.
(Baca: Nasabah Multifinance Minta Jadwal Ulang Utang karena Imbas Corona)