Laba PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) turun tipis sepanjang kuartal I 2020, yang disebabkan kinerja entitas anak usaha terdampak pandemi virus corona (Covid-19).
Dari sisi pendapatan, kinerja BRI tergolong positif dengan raihan pendapatan bunga sebesar Rp 30,09 triliun, naik 8% dari capaian kuartal I 2019, yang sebesar Rp 28,23 triliun.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso menjelaskan, raihan yang positif ini dapat dicapai berkat peningkatan penyaluran kredit. Tercatat, sepanjang kuartal I 2020 BRI mampu menyalurkan kredit sebesar Rp 930,73 Triliun, naik 10,05% dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Sepanjang kuartal I 2020 penyaluran kredit BRI di atas rata-rata industri perbankan, yang hanya 7,95%," kata Sunarso, dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (14/5).
Rinciannya, penyaluran kredit di sektor mikro tumbuh 12,74% menjadi 320,24 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 284,11 triliun. Kemudian, kredit di sektor ritel dan menengah juga naik 12,25 % menjadi Rp 265,85 triliun, dibandingkan kuartal I 2019 yang sebesar Rp 236,84 triliun.
Adapun, kredit sektor konsumen BRI tercatat tumbuh 7,04% menjadi Rp 142,74 triliun, dibandingkan posisi kuartal I 2019 sebesar Rp 133,36 triliun. Sedangkan, penyaluran kredit sektor korporasi tumbuh 5,48% menjadi Rp 201,09 triliun hingga akhir Maret 2020, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 191,41 triliun.
(Baca: Tak Hanya Gojek, BRI Beri Pinjaman Bunga Ringan Bagi Mitra Driver Grab)
Pertumbuhan kredit BRI turut ditopang oleh terjaganya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Hingga 31 Maret 2020, rasio NPL BRI tergolong moderat, yakni yakni, 3% dengan NPL coverage sebesar 207,36%.
Tak hanya dari penyaluran kredit, pendapatan berbasis komisi atau fee based income BRI juga tercatat tumbuh. Sepanjang kuartal I 2020, fee based income BRI tercatat sebesar Rp 4,17 Triliun atau tumbuh 32,91% dibandingkan kuartal I 2019.
Sunarso mengatakan, peningkatan fee based income ini utamanya ditopang oleh transaksi digital yang melonjak akibat pandemi virus corona (Covid-19). Imbauan mengurangi mobilitas di luar rumah dari pemerintah turut mengerek transaksi digital BRI.
Meski demikian, kinerja positif ini tak mampu mengangkat laba bersih BRI. Sepanjang kuartal I 2020, laba bersih BRI tercatat sebesar Rp 8,162 triliun, turun tipis 0,02% dibandingkan posisi kuartal I 2019, yang sebesar Rp 8,164 triliun. Bisa dikatakan, laba BRI tak mengalami perubahan.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengungkapkan, penyebab kinerja laba bersih secara konsolidasi sedikit turun adalah, kinerja entitas anak usaha yang kurang cemerlang.
”Utamanya akibat kondisi pasar di tengah pandemi corona, terutama terkait harga-harga instrumen keuangan yang menjadi investasi entitas anak BRI, seperti BRILife dan BRI Agro,” kata Haru.
(Baca: BRI Dapat Komitmen Pinjaman Luar Negeri Senilai US$ 1 Miliar)
Dari sisi pengumpulan dana pihak ketiga (DPK), sepanjang kuartal I 2020 total DPK BRI tercatat sebesar Rp 1.029 triliun, naik 9,93% dibanding kuartal I 2019. Dana murah atau current account saving account (CASA) masih mendominasi, yakni mencapai 55,90% dari total DPK atau senilai Rp 575,18 triliun.
Adapun, dari sisi permodalan BRI mencatatkan current account ratio (CAR) sebesar 18,56% di akhir kuartal I 2020. Rasio ini mencerminkan BRI masih cukup kuat melakukan ekspansi dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Likuiditas BRI pun masih dalam zona aman, meski mendekati level maksimal yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per 31 Maret 2020, loan to deposit ratio (LDR) BRI tercatat sebesar 90,45%.
Terkait dengan dampak pandemi Covid-19 bagi kinerja BRI, Haru menyatakan dampaknya baru terasa pada pertengahan Maret 2020. Sehingga, tidak terlalu mempengaruhi kinerja sepanjang kuartal I 2020.
Namun, dengan memperhatikan situasi di kuartal II 2020, BRI memastikan akan merevisi rencana bisnis bank (RBB). Meski demikian, ia belum bisa mengungkap besaran revisi lantaran saat ini angkanya masih dalam tahap pertimbangan dan akan diputuskan awal Juni bulan depan.
"Tadinya pertumbuhan kredit kami targetkan mampu tumbuh 11%, ini kita akan turunkan. Tapi revisi belum final, awal Juni 2020 kami akan sampaikan ke OJK," ujarnya.
(Baca: Transaksi Pinjaman Digital BRI Melonjak 53 Persen Di Masa Pandemi)