Rencana pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM mikro darurat di Jawa dan Bali mendapat perhatian para investor. Pasalnya, pembatasan tersebut berpotensi mempengaruhi prospek dan rencana investasi ke depan.
Pemerintah akan menerapkan PPKM darurat mulai 3 Juli hingga 20 Juli 2021, dengan target kasus Covid-19 terkonfirmasi bisa berkurang di bawah 10 ribu per hari. Nantinya, PPKM mikro darurat akan mencakup 121 kabupaten atau kota.
Direktur Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto mengatakan, kecepatan vaksinasi akan menentukan prospek alokasi portofolio investasi ke depan. Investor masih menanti apakah efektivitas program vaksinasi mampu menekan persebaran kasus Covid-19 dalam 2-3 minggu ke depan.
Jika terjadi penurunan kasus, dia memperkirakan kebijakan PPKM Darurat akan dilonggarkan lebih cepat. Dengan begitu, outlook untuk kinerja pasar keuangan dan portofolio investasi hingga akhir tahun tidak berubah.
“Sebaliknya, jika PPKM darurat diterapkan terlalu lama atau lebih dari sebulan, tentunya akan membuat kita melihat kembali (outlook pasar dan portofolio),” kata Rudiyanto kepada Katadata.co.id, Rabu (30/6).
Rudiyanto berasumsi, jika kasus Covid-19 terkendali kurang dari sebulan dan vaksinasi berjalan cepat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir tahun diprediksi berada di rentang 6.700-6.800. Sebagai informasi, pada perdagangan hari ini IHSG ditutup menguat 0,61% di level 5.985.
Momentum kenaikan harga saham tercipta karena adanya koreksi tajam di Februari-Maret 2020, yang diikuti rebound sampai awal 2021. Sekedar mengingatkan, munculnya pandemi di Tanah Air tahun lalu berhasil menekan IHSG ke level terendahnya di kisaran 3.900.
Tekanan di pasar keuangan semakin dalam saat pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) di tahun lalu. Namun, berkat momentum tersebut juga jumlah investor di pasar modal bertambah signifikan, begitu juga transaksinya.
Kebijakan pembatasan membuat sebagian besar masyarkat harus beraktivitas dari rumah. Kondisi tersebut sekaligus mendorong minat masyarakat untuk mengenal dan mulai berinvestasi. Adapun instrumen investasi yang marak dilirik tahun lalu yakni saham dan aset kripto.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per akhir 2020 lalu, jumlah investor pasar modal tumbuh 56,21% menjadi 3,88 juta investor, dari posisi akhir 2019 yakni 2,48 juta investor. Bahkan, per April 2021 jumlahnya masih mencatatkan kenaikan, berkaca dari jumlah single investor identification (SID) pasar modal yang mencapai 5,08 juta investor atau tumbuh 31,11% dari catatan akhir 2020.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan nilai transaksi uang kripto di Indonesia hingga Mei 2021 mencapai Rp 370 triliun. Jumlahnya naik lebih lima kali dibandingkan akhir tahun lalu yakni Rp 65 triliun. Sementara itu, jumlah pemain uang kripto di Indonesia juga mencatatkan kenaikan 62,5% menjadi 6,5 juta orang pada Mei 2021. Akhir 2020, jumlah pemain uang kripto baru 4 juta orang.
“Kejadian yang sama berpotensi terulang tahun ini, jika ada rally yang tinggi. Jika tidak, rasa-rasanya jumlah investor walaupun bertambah, mungkin lebih karena kemudahan akses buka rekening. Tapi nilai transaksi belum akan naik signifikan,” ujar Rudiyanto.
Sedangkan untuk aset kripto, dia menilai momentum kenaikan harga yang sangat tinggi menjadi daya tarik utama minat investor.
Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono menilai prospek aset kripto tahun ini sangat bergantung pada sentimen dari global. Dalam beberapa bulan ke depan, dia memperkirakan pergerakan Bitcoin atau aset kripto lainnya masih terkonsolidasi.
“Bitcoin dan kripto lainnya sedang istirahat, masih rentan turun dan kemungkinan konsolidasinya bisa bulanan,” kata Wahyu kepada Katadata.co.id sore ini.
Adapun untuk prospek IHSG, Wahyu memprediksi penerapan PPKM Darurah akan menggiring indeks menyusut ke kisaran 5.800-5.700 di akhir 2021. Namun, momentum penurunan tersebut justru bisa dimanfaatkan investor untuk buy on weaknes (BoW) atau beli saat harga rendah.
“Jika indeks benar melemah, bisa BoW untuk saham sektor komoditas, consumer, teknologi, komunikasi, hingga konstruksi yang terkait dengan infrastruktur,” ujarnya.