Menanti Pidato Gubernur Fed, Rupiah Melemah Rp 14.425 per US$

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.
Karyawan menghitung uang pecahan 100 Dollar Amerika di salah satu gerai penukaran uang asing, di Jakarta, Selasa (29/9/2020).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Lavinda
27/8/2021, 11.07 WIB

"Kami tidak mengharapkan pengungkapan kebijakan besar pada pertemuan ini. Saya tidak berpikir Powell akan mendahului pertemuan bulan depan, dengan berbagai masukan yang ada, saya rasa ini bukan saatnya Powell benar-benar ingin membuat kejutan,” kata kepala strategi pendek AS di Bank of America Mark Cabana seperti ikutip dari CNBC, Jumat (20/8).

Namun jika Powell benar-benar kembali menginggung tapering off, ini akan memperjelas langkah bank sentral selanjutnya setelah pasar dibuat riuh sepekan lalu oleh rilis risalah rapat Fed bulan Juli. Dalam notulen tersebut terungkap, mayoritas pejabat Fed yang hadir dalam rapat komite pasar terbuka federal (FOMC) tampaknya makin mendekati kata sepakat untuk mengurangi pembelian obligasi pemerintah sebelum akhir tahun.

Untuk diketahui, Fed rutin membeli obligasi pemerintah sebesar US$ 120 miliar setiap bulannya. Pembelian ini terdiri atas US$ 80 miliar melalui US Treasury dan US% 40 miliar di sekuritas berbasis hipotek.

Namun tanda-tanda kenaikan suku bunga sepertinya masih belum jelas. Sebagian pejabat Fed menilai bank sentral perlu menaikkan suku bunga secepat mungkin untuk mengantisipasi kenaikan inflasi yang makin tak terkendali. Di sisi berlawanan, beberapa pejabat menilai inflasi yang tinggi mungkin hanya sementara sehingga stimulus berupa suku bunga rendah masih diperlukan untuk mempertahankan laju pemulihan.

Sementara, dalam konferensi pers akhir bulan lalu, Fed mengumumkan suku bunga masih bertahan di level rendah mendekati nol yakni 0% hingga 0,25%. Powell dalam konferensi pers tersebut mengatakan bank sentral akan melihat indikator perbaikan sektor tenaga kerja dan kenaikan harga-harga barang sebelum memutuskan untuk tapering.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said