Rupiah Anjlok 14.835/US$, Dipicu Bunga Bank Sentral Dunia dan Covid-19

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Karyawan menghitung uang di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Jumat (6/11/2020).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Lavinda
17/6/2022, 10.08 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 56 poin ke level Rp 14.824 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Kurs garuda kembali melemah setelah dua bank sentral dunia mengumumkan kenaikan bunga menyusul kenaikan agresif bunga acuan The Fed.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 14.835 pada pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.767 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini kecuali dolar Hong Kong yang stagnan serta yuan Cina dan ringgit Malaysia yang menguat masing-masing 0,1% dan 0,13%. Yen Jepang anjlok 0,87% bersama baht Thailand 0,55%, won Korea Selatan 0,18%, rupee India dan peso Filipina 0,01%, dolar Taiwan 0,05% dan dolar Singapura 0,09%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bisa kembali tertekan pada hari ini, seiring kenaikan bunga yang dilakukan sejumlah bank sentral dunia. Rupiah diramal melemah ke rentang Rp 14.780-Rp 14.800, dengan potensi support di kisaran Rp 14.720 per dolar AS.

"Selain karena kebijakan pengetatan moneter the Fed, pelemahan rupiah juga karena berkembangnya sentimen resesi," kata Ariston, Jumat (17/6).

Hal ini diperkuat oleh langkah sejumlah bank sentral dunia mengerek bunga acuannya. Bank sentral AS, The Fed mengerek bunga 75 bps pada pertemuan hari Rabu. Sehari kemudian, bank sentral Inggris dan Swiss juga menaikkan bunga acuannya masing-masing 25 bps dan 50 bps.

Ariston mengatakan, setelah tiga bank sentral besar tersebut, bank sentral lainnya juga akan segera menyusul. "Sebagian pelaku pasar menganggap bahwa Kenaikan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi ini akan menekan laju pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menuju resesi," ujarnya.

Analis DCFX Lukman Leong juga meramal rupiah masih akan diselimuti sentimen negatif pada hari ini. Kurs garuda diramal bergerak di rentang Rp 14.650-Rp. 14.850 per dolar AS di tengah penguatan dolar AS. 

Selain itu, pergerakan rupiah juga akan dibayangi sentimen kasus Covid-19 yang menanjak. Jumlah kasus positif baru pada Kamis (16/6) sebanya 1.173. Jumlah tersebut naik dibandingkan awal bulan ini yang masih di bawah 400 kasus.

Sementara, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini dinilai akan menjadi perhatian Bank Indonesia. "Saya melihat BI juga memantau pelemahan rupiah belakangan ini dan berpotensi akan mengintervensi di pasar apabila mendekati Rp 15.000 per dolar AS," kata Lukman kepada Katadata.co.id

Reporter: Abdul Azis Said