BI Kembali Kerek Suku Bunga Acuan 50 Bps Jadi 5,25%

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2020).
Penulis: Lavinda
17/11/2022, 14.34 WIB

Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 50 basispoin (Bps) menjadi 5,25% pada November 2022, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung hari ini, Kamis (17/11).

Sebelumnya, dalam RDG Oktober lalu, bank sentral memutuskan BI7DRR naik 50 bps menjadi 4,75%. Secara akumulasi, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 125 Bps sepanjang tahun ini, dari level 3,5% pada awal 2022.

Sejalan dengan suku bunga acuan, suku bunga deposit facility juga naik 50 Bps menjadi 4,5%, dan suku bunga lending facility naik 50 Bps menjadi 6%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah lanjutan secara front loaded, pre-emptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi, dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke sasaran 3,0% +/-1% pada paruh pertama 2023.

"Kebijakan tersebut untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya," ujar Perry dalam Konferensi Pers RDG, Kamis (17/11).

Penguatan rupiah terjadi akibat menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS), dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

Sebagai informasi, saat ini, BI7DRR berada di level 4,75% Secara kumulatif, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 Bps dalam tiga bulan terakhir.

Kenaikan ini membuat selisih suku bunga bersih rupiah dengan dolar AS kembali melebar menjadi 150 Bps, dari sebelumnya yang hanya selisih 100 Bps.

BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4%, kemudian suku bunga lending facility naik 50 bps menjadi 5,5%.

Dalam konferensi pers usai RDG pada Oktober lalu, Perry menjelaskan, keputusan ini adalah langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi.