Memasuki tahun 2023, analis memprediksi pasar obligasi akan makin menarik dibanding pasar saham. Baik obligasi maupun saham, keduanya merupakan instrumen pasar modal yang notabene instrumen investasi.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, pergerakan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 2,34% pada perdagangan Kamis (6/1) kemarin hingga membawa IHSG ke level terendah barunya dalam enam bulan salah satunya dipicu oleh perpindahan dana dari pasar saham ke obligasi.
“Nampaknya ada shifting aset dari pasar saham ke pasar obligasi yang cenderung menawarkan yield yang lebih atraktif,” ujar Herditya kepada Katadata.co.id, Jumat (6/1).
Ditambah aksi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang belum akan mengerem kenaikan suku bunga acuan pada awal tahun ini. Artinya, sinyal hawkish terkait kebijakan moneter The Fed masih terpancar jelas. The Fed masih akan menaikkan suku bunga lebih tinggi untuk menekan inflasi ke sasarannya. “Hal tersebut untuk menurunkan tingkat inflasi hingga 2%,” lanjut Herditya.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dalam risetnya mengatakan total emisi surat utang pemerintah pada tahun 2022 mencapai Rp 713 triliun. Jumlah tersebut meningkat 0,2% dibandingkan dengan APBN tahun 2022 sebesar Rp 712 triliun.
Kepala Divisi Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto memproyeksikan surat utang pemerintah akan lebih positif di tahun 2023. Pertumbuhan ini seiring dengan tren penurunan inflasi di Indonesia dan puncak kenaikan suku bunga global.
“Keberhasilan pemerintah melakukan konsolidasi fiskal lebih cepat turut memberikan sentimen positif untuk pasar obligasi Indonesia dalam hal mengurangi supply utang dan positif untuk sovereign rating outlook,” ujar Handy.
Handy juga memperkirakan, investor domestik masih akan mendominasi pasar obligasi. “Likuiditas rupiah diperkirakan masih longgar tahun 2023, sehingga gap yield obligasi dan deposito masih akan lebat,” katanya.
Selain itu, dia juga memperkirakan permintaan obligasi akan meningkat di tengah ketidakpastian global. Sebab para investor bisa mendapatkan kupon yang tetap dan pokok investasinya tidak hilang jika hold sampai jatuh tempo.
Dengan inflasi turun dan suku bunga sudah akan peak, Handy menyarankan para investor untuk menilik tenor menengah panjang, seperti tenor lima sampai 15 tahun
Sebagai informasi, pemerintah meraup US$ 3 miliar atau Rp 46,8 triliun dari penerbitan surat utang global alias global bond pertama tahun ini. Penerbitan dengan format SEC-Registered itu disebut menjadi yang pertama di antara negara berkembang Asia lainnya.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mengungkapkan bahwa sambutan investor global sangat positif pada penerbitan global bond pertama pemerintah tahun ini dengan order book alias penawaran sepanjang proses bookbuilding sempat mencapai US$ 17 miliar, kemudian penawaran bergerak ke leve US$ 14,4 miliar pada sesi penetapan harga akhir.
Dengan demikian bod to cover ratio alias jumlah penawaran yang masuk 4,8 kali dari total yang dimenangkan.
Selain itu, pemerintah juga mengklaim telah berhasil menekan harga atau price tightening di ketiga seri yang diterbitkan. Tingkat imbal hasil alias yield untuk tenor lima tahun sebesar 4,80% atau turun 35 bps, yield tenor 10 tahun sebesar 5,10% atau turun 40 bps, dan untuk tenor 30 tahun sebesar 5,75% atau turun 40 bps.