Emiten bank BUMN, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengatakan lumpuhnya sistem mobile banking diduga dari serangan siber ke sistem informasi bank. Hal ini sempat menyebabkan layanan aplikasi BSI Mobile maupun jaringan ATM BSI tidak bisa diakses beberapa hari.
“Referensi Google, serangan melalui internet dalam catatan 90 hari terakhir itu macam-macam institusi sekitar 807 ribu, dengan dengan rata-rata 9 ribu sampai 10 ribu serangan per hari,” kata Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, pada konferensi pers, Kamis (11/5) di Jakarta.
Seiring kejadian itu, Hery akan memastikan dugaan serangan siber dengan melakukan audit dan digital forensik. Menurutnya, audit dan digital forensik penting sebagai pembuktian jika ada serangan siber.
Namun, dirinya memastikan pada Kamis ini, seluruh layanan BSI baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) maupun mobile banking kembali normal. Pemulihan layanan BSI juga hasil kerja sama antara Tim IT BSI dan Tim IT Bank Mandiri. Keduanya melakukan koordinasi mengenai laporan kemajuan pemulihan layanan kepada pemerintah atau pun regulator.
Dirinya mengungkapkan seiring dengan kemajuan teknologi, risiko keamanan siber memang rentan. Oleh karena itu, Hery akan meningkatkan keamanan siber untuk menjaga keamanan data nasabah. Hery memastikan, data nasabah dan stakeholders aman sebab perusahaan memiliki SOP keamanan siber yang mengacu kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan 11/3/2022.
Perusahaan menggelontorkan belanja modal senilai Rp 580 miliar untuk memperkuat sistem teknologi informasi (IT) serta lebih menciptakan BSI yang lebih modern.
"Tahun lalu Rp 280 miliar untuk capex IT kami di tahun lalu, dan tahun kami siapkan ini Rp 580 miliar agar IT kita makin maju dan modern," katanya.
BSI akan melakukan peningkatan kapasitas agar core banking dan critical channel bisa kembali dipulihkan dengan cepat, stabil sehingga layanan kepada nasabah dapat sepenuhnya normal.