Bank Indonesia akan Pertahankan Suku Bunga 6% hingga 2024

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nym.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (25/7/2023). Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan atau BI-7 Days Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
29/11/2023, 20.25 WIB

Bank Indonesia (BI) akan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate di level 6% hingga 2024. Hal itu masuk dalam bauran kebijakan BI 2024.

Demikian disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (29/11).

BI terakhir kali menaikkan suku bunga pada Oktober 2023 lalu, setelah beberapa bulan berturut-turut menahan suku bunga di level 5,75%. "Suku bunga BI rate akan kami pertahankan," kata Perry.

Tak hanya itu, Perry juga memastikan inflasi akan terkendali dalam target sasaran BI 2,5 plus minus 1%.

"Di kebijakan moneter pada tahun 2024 akan terus kami perkuat untuk stabilitas. Khususnya untuk memastikan terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024-2025," kata Perry.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur BI pada 22-23 November 2023 memutuskan menahan suku bunga acuan sebesar 6%.

Kebijakan ini ditetapkan secara konsisten dalam rangka stabilisasi nilai rupiah dan sebagai langkah preventif hadapi dampak inflasi barang impor.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 22-23 Oktober 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI seven days reverse repo rate (BI7DRR) sebesar 6%, suku bunga deposit facility sebesar 5,25% dan suku bunga lending facility sebesar 6,75%," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (23/11).

Selain untuk memperkuat stabilitas rupiah, kata Perry, kenaikan suku bunga juga dilakukan sebagai langkah pencegahan di masa mendatang untuk memitigasi dampak terjadinya inflasi barang impor.

"Sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3% plus minus 1% pada 2023 dan 2,5% plus minus 1% pada 2024," kata Perry.

Reporter: Zahwa Madjid