Perusahaan analisis blockchain Arkham Intelligence menyebut perusahaan milik Elon Musk, yakni Tesla Inc dan SpaceX, memiliki total 19.800 Bitcoin (BTC). Aset kripto ini bernilai lebih dari US$1,4 miliar atau Rp 21,84 triliun setelah Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa dan melewati level US$72.000 (Rp 1,12 miliar).
Benzinga.com melaporkan, Arkham melakukan referensi silang antara laporan keuangan dengan aktivitas on-chain untuk menemukan dompet-dompet digital milik perusahaan-perusahaan Musk. Tesla menyimpan sekitar 11.500 BTC di 68 alamat, sementara SpaceX menyimpan sekitar 8.300 token di 28 dompet.
Simpanan ini memberikan keuntungan besar bagi perusahaan-perusahaan tersebut. SpaceX mendapatkan keuntungan sebesar US$276 juta atau Rp 4,3 triliun dari investasi ini. Sementara itu, Tesla mendapatkan keuntungan hampir US$500 juta atau Rp 7,8 triliun. Meskipun jumlah ini kecil dibandingkan dengan keuntungan perusahaan dari operasi bisnisnya, jumlah ini cukup besar jika dibandingkan dengan investasi lainnya.
Tesla mulai membeli Bitcoin pada Februari 2021, melakukan investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar US$1,5 miliar ke dalam token tersebut. Ini adalah faktor yang berkontribusi pada reli Bitcoin yang terlihat kurang dari sebulan kemudian, di mana Bitcoin mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di US$69.000.
Meskipun Tesla telah melihat keuntungan besar dari investasi Bitcoin, produsen mobil listrik itu juga melakukan beberapa penjualan sebelum waktunya. Misalnya, Tesla menjual hampir 30.000 Bitcoin pada Juni 2022, karena perusahaan membutuhkan uang tunai dan Musk ingin menunjukkan kemampuan Bitcoin untuk menangani transaksi dalam jumlah besar. Bitcoin itu diperdagangkan dengan harga sekitar US$25.000 pada saat penjualan, jauh di bawah harga saat ini.
Musk juga menjual sekitar 10% dari total kepemilikannya setelah Bitcoin mencapai level tertinggi baru sepanjang masa di atas US$60.000 pada Maret 2021. Penjualan 4.320 Bitcoin menghasilkan lebih dari US$250 juta (sekitar Rp 3,9 triliun) dalam bentuk tunai.
Musk dan Tesla mulai menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran pada awal 2021, sekitar waktu yang sama saat mereka melakukan investasi awal sebesar US$1,5 miliar. Namun, Musk menghentikan pembelian kendaraan Tesla dengan Bitcoin pada Mei 2021.
"Kami prihatin dengan penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat pesat untuk penambangan dan transaksi Bitcoin, terutama batu bara, yang memiliki emisi terburuk dibandingkan bahan bakar lainnya. Mata uang kripto adalah ide yang bagus dalam banyak hal dan kami yakin memiliki masa depan yang menjanjikan, namun hal ini tidak boleh berdampak buruk bagi lingkungan," kata Musk pada waktu itu, seperti dikutip Benzinga.com.
Jadi, Musk sangat percaya pada kripto. Namun, dia tidak melihat cara untuk menggunakan token yang menggunakan banyak energi dan berpotensi merusak lingkungan.
Bitcoin adalah proof-of-work (PoW), yang berarti memungkinkan peserta jaringan untuk menggunakan daya komputasi untuk bersaing mendapatkan kemampuan memproses transaksi. Hal ini mengakibatkan konsumsi energi yang sangat besar.
Meskipun Musk mungkin tidak menggunakan Bitcoin secara transaksional, yang jelas Bitcoin sebagai sebuah investasi telah memberikan keuntungan besar bagi miliarder itu.