PT Bank Jago Tbk (ARTO) membukukan perolehan laba bersih setelah pajak mencapai Rp 72 miliar atau melesat 355% dari tahun 2022 yang sebesar Rp 16 miliar.
Bank Jago mencatatkan jumlah nasabah mencapai 10,2 juta pada akhir 2023, termasuk 8,1 juta nasabah funding pengguna Aplikasi Jago. Kemudian, jumlah pengguna aplikasi Jago bertambah 3 juta nasabah, dibandingkan dengan posisi akhir 2022 yang sebanyak 5,1 juta nasabah. Pertumbuhan nasabah Bank Jago tidak terlepas dari konsistensi inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital.
Seiring dengan hal itu, peningkatan pengguna Aplikasi Jago mengerek jumlah dana pihak ketiga (DPK). Pada akhir 2023, jumlah DPK mencapai Rp 12,1 triliun atau melesat 46% dibandingkan dengan akhir 2022 sebesar Rp 8,3 triliun. Lebih dari 65% dari total DPK berasal dari rekening giro dan tabungan (CASA) hingga mencapai Rp 7,9 triliun, sementara 34,7% atau Rp4,2 triliun merupakan simpanan nasabah dalam bentuk deposito.
Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung mengatakan salah satu inisiatif strategis yang dilakukan Bank Jago adalah meluncurkan GoPay Tabungan by Jago pada Oktober 2023 lalu. Ia menyebut sejak awal Bank Jago konsisten mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital sebagai unique value proposition.
“Kolaborasi dengan mitra strategis kami, termasuk ekosistem GoTo, menjadi pintu masuk nasabah untuk mengakses produk dan layanan perbankan Jago,” kata Arief dalam keterangan resminya, Jumat (22/3).
Selain itu, penyaluran kredit oleh Bank Jago juga naik. Jumlah pinjaman pada akhir 2023 mencapai Rp 13 triliun atau meningkat 38% dari akhir 2022 yang sebesar Rp9,4 triliun. Pertumbuhan ini tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross yang hanya 0,8% pada 2022.
Peningkatan penyaluran kredit juga berdampak positif terhadap pendapatan bunga bersih, yang mencapai Rp 1,6 triliun sepanjang 2023. Hingga akhir tahun 2023, Bank Jago berhasil membukukan aset Rp 21,3 triliun atau naik sebesar 26% dari tahun 2022 yakni Rp 17 triliun. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 62%, menunjukkan tingkat permodalan yang kuat untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan.
“Sepanjang 2023 kami mampu menjaga pertumbuhan bisnis tetap positif dan sehat dengan memperhatikan potensi risiko yang ada. Ini tentu akan menjadi momentum yang baik untuk kami bertumbuh secara berkelanjutan di 2024,” pungkas Arief.