Emas Cetak Rekor Lagi Tersulut Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS
Harga emas melanjutkan reli dan naik ke rekor tertinggi baru karena didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan daya tarik logam mulia ini sebagai aset yang aman (safe haven). Harga emas spot naik 1,32% dan diperdagangkan pada US$2.265,53 (Rp 35,79 juta) per ounce.
Kontrak emas berjangka AS naik lebih dari 2% dan diperdagangkan sebesar US$2.286,39 (Rp 36,12 juta) per ounce.
"Saya pikir ini adalah momen yang sangat menarik untuk emas. Apa yang benar-benar mendorong (harga emas) adalah banyak spekulan di pasar yang benar-benar mendapatkan kepercayaan diri dan kenyamanan dalam pemangkasan suku bunga The Fed," kata Joseph Cavatoni, ahli strategi pasar di World Gold Council kepada CNBC, pada Senin (01/04).
Para pengamat pasar memperkirakan Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga pada Mei atau Juni mendatang. Inflasi inti untuk bulan Februari naik 2,83% secara tahunan, menurut data yang dirilis Jumat (29/3). Hal ini kemungkinan akan membuat bank sentral AS tetap bertahan sebelum mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga.
Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan. Namun, bank sentral AS itu memberi sinyal akan ada tiga kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini.
Harga emas cenderung memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset-aset berpendapatan tetap seperti obligasi. Obligasi akan memberikan imbal hasil yang lebih lemah dalam lingkungan suku bunga rendah.
Caesar Bryan, Manajer Portfolio Gabelli Funds, mengatakan harga emas batangan juga terdorong lebih tinggi oleh permintaan dari luar negeri. "Di Cina, investor swasta tertarik pada emas karena sektor real estat berkinerja buruk," kata Bryan. Ia menambahkan bahwa perekonomian Cina secara umum masih lemah dan pasar saham serta mata uangnya belum berkinerja baik.
Cavatoni dari World Gold Council mengatakan reli emas sejauh ini telah didorong oleh pembelian yang kuat dari bank-bank sentral dunia dalam upaya untuk mendiversifikasi portofolio cadangan karena risiko geopolitik, inflasi domestik, dan pelemahan dolar AS.
"Sangat kuat alasan bagi mereka untuk terus membeli emas... [tetapi] mari kita lihat apakah mereka akan terus melakukan pembelian sebesar dan selama itu," ujarnya.
Menurut data World Gold Council, Cina menjadi pendorong utama permintaan emas dari bank sentral maupun konsumen retail. Bank sentral Cina merupakan bank sentral yang paling banyak memborong emas pada 2023, yakni mencapai 224,88 ton.