Jelang Rilis Inflasi AS, Harga Emas Dekati Level Tertinggi Sebulan Terakhir
Harga emas keluar dari kemerosotan dan mendekati level tertinggi dalam sebulan terakhir, pada perdagangan Senin (12/8). Para pialang menunggu data ekonomi utama AS yang dapat meningkatkan peluang pelonggaran moneter dari Bank Sentral AS (Federal Reserve atau The Fed) bulan depan.
Harga emas spot naik 1,5% menjadi US$2.466,28 (Rp 39,31 juta) per ounce, mendekati level tertinggi dalam sebulan terakhir. Harga emas berjangka AS kembali melampaui level US$2.500 (Rp 39,84 juta) per ounce, naik 1,2% pada US$2.503,60 (Rp 39,89 juta) per ounce di New York.
Harga emas kini telah pulih (rebound) setelah turun 0,5% minggu lalu dan masih berada dalam jarak yang cukup dekat dengan level tertinggi sepanjang masa. Untuk tahun ini, logam mulia telah naik hampir 20%, sebagian besar karena ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed tahun ini.
Meredanya tekanan inflasi telah meningkatkan kepercayaan diri The Fed bahwa mereka dapat mulai menurunkan biaya pinjaman sambil memfokuskan kembali perhatian mereka pada pasar tenaga kerja, yang menunjukkan tanda-tanda pendinginan yang lebih besar.
Indikator FedWatch dari CME Group menunjukkan pasar memperkirakan 49% kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh The Fed pada September mendatang.
Namun, Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan bahwa ia masih melihat risiko kenaikan inflasi dan berlanjutnya kekuatan di pasar tenaga kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa ia mungkin belum siap untuk mendukung penurunan suku bunga di bulan September.
Menunggu Data Inflasi AS
Para investor bersiap menghadapi data-data indeks harga produsen dan indeks harga konsumen AS yang akan dirilis minggu ini. Angka-angka tersebut akan menjelaskan inflasi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini. Sementara itu, para analis menyatakan indeks harga konsumen (CPI) diperkirakan akan menunjukkan kenaikan harga yang sedikit meningkat pada bulan Juli. "Angka CPI tahunan akan terus meningkat dengan laju yang lambat," kata para analis, seperti dikutip Mining.com, Senin (12/8).
Seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga, emas juga didukung oleh pembelian bank sentral yang kuat secara global dan permintaan yang kuat dari konsumen Cina.
Laporan Saxo Bank AS menyebut harga emas melonjak karena risiko geopolitik dan antisipasi penurunan suku bunga Federal Reserve di tengah meningkatnya ketegangan yang melibatkan Iran dan Israel serta Ukraina.
"Dengan cara apapun Anda melihatnya, emas saat ini terlihat sebagai perdagangan yang ramai," kata TD Securities dalam sebuah catatan.