PT Bank BTPN Tbk menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini dapat berada di atas industri perbankan yang diproyeksi hanya mencapai 3% hingga 4%. Untuk mencapai target tersebut, bank yang selama ini fokus di segmen mass market ini akan mendorong penyaluran kredit di segmen korporasi.
Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan pandemi Covid-19 diperkirakan akan membuat realisasi pertumbuhan kredit pada akhir tahun ini jauh lebih rendah dari tahun lalu. Pada 2019, perusahaan berhasil membukukan penyaluran kredit mencapai dua kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi Rp 140,6 triliun.
Sementara pada semester pertama tahun ini, penyaluran kredit BTPN tumbuh 5% menjadi Rp 150,5 triliun. Pertumbuhan kredit didorong oleh penyaluran kredit di segmen korporasi sebesar 18% menjadi Rp 88,6 triliun di akhir Juni 2020.
"Angka pertumbuhan itu, datangnya dari segmen korporasi. Kalau segmen-segmen lain, seperti UKM dan personal loan turun karena pandemi Covid-19," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (26/8).
Meski mengalami penurunan akibat pandemi, segmen UMKM dan kredit personal memiliki porsi penyaluran yang kecil dibandingkan dengan total portofolio kredit BTPN. "Kalau ditotal, segmen UMKM dan personal loan angkanya itu hanya kurang lebih 6,7% dari total portofolio kami hari ini," kata Ongki.
Adapun perusahaan akan secara hati-hati akan menumbuhkan kredit lebih banyak di sektor korporasi. Pembiayaan segmen korporasi disalurkan untuk proyek jangka panjang, seperti kepada proyek ketahanan energi, pangan, dan infrastruktur. Penyaluran kredit pada segmen ini akan dilakukan dengan semakin mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Di sisi lain, perusahaan akan tetap mendukung segmen UMKM dan kredit personal. Ini dilakukan dengan memberikan restrukturisasi kredit. Hingga saat ini, restrukturisasi telah diberikan kepada 60 ribu nasabah dengan nilai mencapai Rp 10 triliun.
Perusahaan juuga terus aktif berpartisipasi dalam program pemulihan ekonomi nasional, salah satunya dengan memberikan kredit dengan subsidi bunga. Untuk jangka menengah, BTPN juga sudah mulai melihat kembali sektor-sektor mana yang bisa lebih dulu didukung untuk diberikan pinjaman.
Di samping itu, BTPN terus melakukan akselerasi digital meski sedang ditinjau kembali prioritas investasi apa yang diperlukan untuk akselerasi itu. "Kami sedang kaji operating model kami yang lebih cocok dengan kondisi new way of working di tengah pandemi," kata Ongki.
Pada semester pertama tahu ini, BTPN juga berhasil memupuk dana pihak ketiga senilai Rp 101,4 triliun, meningkat 4% dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan DPK ditopang oleh kenaikan jumlah deposito, meskipun pada kuartal II-2020 bunga deposito mengalami penurunan suku bunga sejalan dengan penurunan suku bunga acuan.
Loan to Deposit Ratio menjadi 148,4%, sedangkan rasio kecukupan modal sebesar 23,09% dengan komposisi modal inti merupakan 79% dari total modal Bank BTPN.
Per Juni 2020, Bank membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,12 triliun atau menurun sebesar 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.. Penurunan tersebut dikontribusi oleh turunnya pendapatan bunga serta kenaikan cost of credit sebesar 63%.
Rasio kredit bermasalah atau NPL gross mengalami kenaikan menjadi 1,12%, dari posisi Juni tahun lalu yang sebesar 0,81%.