Transaksi besar saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) kembali terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di pasar negosiasi pada Senin ini (14/12), sekitar 4,2% saham bank digital ini berpindah tangan dengan harga transaksi yang jauh di bawah harga pasar saat ini. Transaksi tersebut kembali memicu berbagai spekulasi di antara para investor.
Berdasarkan data perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 451,76 juta saham atau setara dengan 4,2% dari total saham Bank Jago ditransaksikan di pasar negosiasi alias nonreguler. Total nilai transaksinya sekitar Rp 530 miliar.
Artinya, transaksi tutup sendiri di pasar negosiasi tersebut dilakukan pada harga Rp 1.170 per saham. Adapun, broker jual maupun beli saham emiten berkode ARTO ini sama yaitu Trimegah Securities.
(Baca juga: Saham Bank Jago di Bursa Dijual Rp 2,3 Triliun, Siapa Pembelinya?)
Jika dilihat, harga transaksi tersebut tiga kali lipat di bawah harga pasar saat ini. Pada penutupan perdagangan di BEI, Senin ini (14/12), harga saham bank umum kelompok usaha (BUKU) II ini sebesar Rp 3.700 per saham atau melonjak 11,78% dari penutupan perdagangan saham akhir pekan lalu.
Kalau membandingkan dengan harga transaksi Rp 1.170, saham Bank Jago pernah berada di kisaran harga tersebut sebelum bulan Juli lalu. Saat itu dalam kurun waktu tiga bulan pasca ARTO merampungkan penerbitan saham baru (rights issue) pada Maret 2020. Harga saham baru tersebut hanya Rp 139 per saham, meski sebelum hajatan tersbeut harga saham Bank Jago sempat melambung hingga di atas Rp 2.000 per saham.
Mengacu kepada rendahnya harga transaksi di pasar negosiasi hari ini, berkembang kabar di bursa bahwa transaksi 4,2% saham Bank Jago tersebut menggunakan kesepakatan harga beberapa bulan sebelumnya. "Transaksi ini mungkin di antara pemegang saham di bawah 5%," katanya.
Dua pekan lalu, transaksi saham Bank Jago juga sempat menyedot perhatian para pelaku pasar. Pada 3 Desember lalu, ada transaksi jumbo saham ARTO di pasar nonreguler. Jumlahnya sebanyak 1,2 miliar saham atau sekitar 11% dari total saham ARTO. Adapun, nilai transaksinya sebesar Rp 2,3 triliun atau sekitar Rp 1.900 per saham.
Sedangkan broker pembeli terbesar saham bank ini adalah Trimegah Securities, dan broker penjual terbesar adalah PT Erdikha Elit Sekuritas. Hingga kini, belum jelas pemegang saham yang menjual kepemilikan sahamnya, dan investor yang membeli 11% saham bank tersebut.
(Baca juga: Bank Jago Buka Peluang Kolaborasi dengan Go-Jek)
Saat itu, manajemen Bank Jago enggan mengomentari transaksi saham bernilai jumbo tersebut. Alasannya, transaksi jual-beli saham merupakan ranah pemegang saham.
"Kami tidak dalam posisi mengomentari aktivitas pemegang saham di market. Kami juga tidak memberikan komentar atas segala rumors yang beredar di kalangan pelaku pasar," kata Direktur Kepatuhan Bank Jago Tjit Siat Fun kepada Katadata.co.id.
Dalam surat keterbukaan informasinya kepada BEI, 10 Desember lalu, manajemen Bank Jago juga mengaku tidak mengetahui informasi mengenai aktivitas para pemegang sahamnya.
Pemegang saham Bank Jago
Pengendali dan pemegang saham Bank Jago memang berubah drastis sejak rampungnya penerbitan saham baru untuk penambahan modal bank tersebut pada Maret lalu. Bankir senior Jerry Ng melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia memegang saham Bank Jago sebesar 37,65%. Selain itu, pendiri Northstar Pacific Patrick Walujo melalui Wealth Track Technology Limited memegang sebesar 13,35%.
Seiring rights issue tersebut, masuk juga lima pihak pemegang saham Bank Jago yang merupakan perusahaan cangkang berkantor di luar negeri. Pertama, Jetway Wealth Management Limited di Sertus Chamber Gorvernors Square Suites #5-204 Kepualauan Caymand, sebanyak 7,59% saham.
Kedua, Lion Glory Pte Ltd di Singapura sebesar 6,48%. Ketiga, Qilora Investments (Cayman) Ltd yang menguasai 5,11%. Keempat, Akta Asset Limited di Kepulauan Caymand sebanyak 5,06%. Kelima, Ephesus United Corp di Kepulauan Virgin sebesar 5% saham.
Saat ini, Bank Jago dalam proses penambahan modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Jumlah saham yang diterbitkan sebanyak tiga miliar saham.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan, sebagian dana hasil rights issue akan digunakan untuk investasi di infrastruktur teknologi informasi. Ini bertujuan meningkatkan daya saing dan agar mampu beradaptasi terhadap perubahan akibat pandemi corona. Bank Jago memang berfokus menjadi bank berbasis teknologi dan berencana meluncurkan aplikasi perbankan digital.
Spekulasi masuknya investor baru
Sejak diambil alih Jerry Ng dan Patrick Walujo, saham Bank Jago memang terus meroket hingga bulan Desember ini menembus Rp 4.000 per saham. Selain keputusan perusahaan menjadi bank digital yang tengah tren di dunia saat ini, lonjakan harga saham Bank Jago dipicu oleh spekulasi masuknya investor baru.
Yang santer terdengar adalah Gojek. Ini karena faktor kedekatan Jerry dan Patrick dengan para pendiri dan pimpinan Gojek. Patrick melalui Northstar juga merupakan salah satu investor awal Gojek.
Sejak awal 2019, Gojek memang semakin serius menggarap bisnis keuangan melalui layanan keuangan Gopay. “Sekaranglah evolusi Gopay dan layanan keuangan,” kata pendiri Gojek Nadiem Makarim, yang kini menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, saat mengumumkan logo baru Gojek pada pertengahan tahun lalu (22/7/2019).
Decacorn itu pun didukung oleh Facebook dan PayPal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, yang berfokus pada layanan keuangan. Keduanya terlibat dalam putaran pendanaan seri F Gojek pada awal tahun ini.
Yang terbaru, pada bulan November lalu, Gojek melakukan perombakan jajaran pimpinannya untuk memperkuat bisnis keuangannya. Aldi Haryopratomo akan mundur dari posisi CEO GoPay per Januari 2021.
Sedangkan dua Co-CEO yakni Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo akan berbagi tugas. Kevin akan berfokus memimpin layanan Gojek, sementara Andre mengomando lini bisnis pembayaran digital dan finansial.
Kabar masuknya Gojek ke Bank Jago sebenarnya sudah pernah ditanggapi oleh manajemen bank tersebut. Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar pernah mengatakan, terbuka untuk berkolaborasi dengan pelaku ekosistem digital, termasuk perusahaan rintisan atau startup.
"Kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan semua ekosistem, baik besar atau kecil, bahkan dengan startup kalau memang memiliki nilai yang sangat cocok dengan konsumen kami," katanya, 9 Juli lalu.
Untuk itu, Bank Jago tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan startup besar seperti Go-Jek. Dalam melayani ekosistem digital, Bank Jago menargetkan kolaborasi dengan berbagai platform, mulai dari e-commerce, aplikasi penyedia jasa transportasi, industri perjalanan, online shop, hiburan, hingga pembayaran digital dan fintech lending.