Pabrik Baru Baja Krakatau Steel Bisa Hemat Cadangan Devisa Rp 29 T

Arief Kamaludin | Katadata
Logo Krakatau Steel di Cilegon, Rabu, (26/11).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
18/5/2021, 15.32 WIB

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) akhirnya mulai mengoperasikan pabrik hot strip mill 2 (HSM 2) yang dibangun sejak 2016 pada Senin (17/5). Pabrik baru dianggap dapat memenuhi kebutuhan baja dalam negeri sehingga mampu menghemat cadangan devisa negara mencapai Rp 29 triliun.

Krakatau Steel mulai memproduksi baja hot rolled coil (HRC) dari pabrik HSM 2. Salah satu jenis produk yang menjadi keistimewaan pabrik baru ini adalah HRC untuk kebutuhan otomotif.

Pabrik HSM 2 menghasilkan produk baja HRC dengan spesifikasi tertentu untuk melengkapi produk yang dihasilkan oleh pabrik HSM 1 yang sudah beroperasi sejak 1983. Pabrik baru ini memakan biaya investasi US$ 521 juta atau setara Rp 7,5 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 1,5 juta ton per tahun.

Menteri BUMN Erick Thohir yang merupakan perwakilan pemerintah sebagai pemegang saham perusahaan mengapresiasi keberhasilan beroperasinya pabrik HSM 2. Keberhasilan ini membuktikan transformasi yang dilakukan Krakatau Steel berjalan dengan baik dan dinilai turut memajukan perekonomian Indonesia.

Menurut Erick, Krakatau Steel mampu mewujudkan kemandirian industri baja nasional. "Hal ini akan berkontribusi terhadap penghematan cadangan devisa negara mencapai Rp 29 triliun,” kata Erick dalam siaran pers, Selasa (18/5).

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, pabrik ini mampu menghasilkan produk baja HRC dengan ketebalan di rentang 1,4 mm hingga 16 mm dengan lebar mulai dari 600 mm hingga 1.650 mm. Pabrik baja ini diklaim oleh Krakatau Steel menggunakan teknologi terbaru dan tercanggih sehingga memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi.

"Total penghematan biaya operasional bisa mencapai 25% dari pabrik HSM pada umumnya karena penurunan konsumsi energi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal,” kata Silmy.

Melalui pabrik HSM 2 ini, kapasitas produksi HRC Krakatau Steel bertambah menjadi 3,9 juta ton per tahun. Impor produk baja HRC saat ini mencapai 0,9 - 1,9 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan baja HRC/Plate nasional mencapai 4,8 - 5,3 juta ton per tahun.

“Atas dasar data tersebut, artinya kebutuhan HRC sudah dapat dipenuhi oleh pabrikan dalam negeri,” lanjut Silmy Karim.

Pabrik baru ini sudah disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi sampai dengan 4 juta ton per tahun. Sehingga dalam pengembangannya nanti, investasi yang dibutuhkan lebih rendah dibandingkan dengan investasi pabrik kompetitor di dalam dan luar negeri.

Penyelesaian pembangunan pabrik ini yang semula direncanakan beroperasi pada awal 2020 sempat tertunda karena adanya pandemi Covid-19. Kendala yang dihadapi saat itu adalah pada tahap commissioning dikarenakan kesulitan dalam mendatangkan teknisi dari luar negeri. Pabrik HSM 2 ini dibangun oleh konsorsium bersama SMS Group Jerman dan PT Krakatau Engineering.

Dengan dioperasikannya pabrik ini, Silmy menilai akan semakin memperbaiki kinerja Krakatau Steel. "Terlebih saat ini terjadi peningkatan harga baja dunia pada 6 bulan terakhir,” kata Silmy.

Reporter: Ihya Ulum Aldin