ASSA Rent Akan Tambah Modal Rp 720 Miliar, IFC Jadi Pembeli Siaga

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz
Petugas kebersihan melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3/2020).
Penulis: Lavinda
8/7/2021, 07.00 WIB

PT Adi Sarana Armada Tbk atau biasa dikenal ASSA Rent memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menambah modal  melalui penerbitan saham baru alias rights issue dengan  Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Target nilainya Rp 720 miliarEmiten transportasi dan logistik milik Theodore Permadi Rachmat ini telah memiliki pembeli siaga, yakni International Finance Corporation, entitas Bank Dunia.

Saham baru yang diterbitkan emiten berkode saham ASSA ini mengandung obligasi konversi sebanyak 600 juta saham atau setara 15,01% dari total saham perusahaan. Nilai nominal hasil konversi tercatat Rp 100 per saham, dengan harga pelaksanaan ditetapkan Rp 1.200 per saham. 

Dana sebanyak Rp 639,28 miliar dari hasil penambahan modal akan digunakan untuk melunasi dan membayar sebagian pinjaman bank. Sebanyak Rp 18,52 miliar akan digunakan untuk penyetoran modal kepada PT Adi Sarana Logistik (ASL) yang akan digunakan untuk pengembangan lini usaha 'titipaja' di bidang jasa pergudangan.

"Sisanya akan digunakan untuk modal kerja, namun tidak terbatas pada biaya asuransi atas kendaraan yang disewakan atau untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan," demikian tertulis dalam prospektus perusahaan, Rabu (7/7).

Rasio HMETD tercatat 453 : 80. Jadi, setiap pemegang 453 saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada 14 Juli 2021 berhak memperoleh 80 saham. Dalam hal ini, lima pemegang saham mayoritas perusahaan telah menyatakan akan mengalihkan sebagian kecil hak saham barunya kepada IFC. 

PT Adi Dinamika Investindo sebagai pemegang saham utama menyatakan tidak akan melaksanakan hak pembeliannya dan akan mengalihkan 150,45 juta saham kepada IFC. PT Daya Adicipta Mustika juga akan mengalihkan 115 juta saham kepada IFC.

Begitu pula dengan T. Permadi Rachmat, Prodjo Sunarjanto Sekar Pantjawati dan Erida yang masing-masing akan mengalihkan hak pembelian 31,28 juta, 59,98 juta, dan 19,16 juta saham ke IFC.

Dengan asumsi IFC menyerap seluruh pengalihan hak tersebut, maka IFC akan menggenggam 9,4% saham ASSA. Sementara itu, kepemilikan ADI Dinamika Investindo akan terdilusi dari 25,08% menjadi 21,31%, Daya Adicipta Mustika terdeluasi dari 19,17% menjadi 16,3%.

Selanjutnya, kepemilikan TP Rachmat, Prodjo Sunarjanto, dan Erida berkurang dari semula 5,21%, 10% dan 3,19% menjadi masing-masing 4,43%, 8,5%, dan 2,72%.

Konversi obligasi menjadi saham dapat dilakukan sebelum jatuh tempo obligasi konversi, yaitu 2 tahun sejak tanggal emisi, 27 Juli 2021. Jika obligasi tidak dikonversi, maka menjadi jatuh tempo selama 2 tahun. Saat itu, perusahaan wajib melunasi nilai pokok obligasi ditambah imbal hasil sesuai yang berlaku.

Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan membukukan laba tahun berjalan Rp 33,11 miliar pada kuartal I 2021, atau naik dari raihan periode yang sama tahun lalu Rp 26,05 miliar. Hal itu berasal dari pertumbuhan pendapatan yang mencapai Rp 963,17 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini, dari raihan kuartal I 2020 Rp 701,61 miliar.

Kas dan setara kas perusahaan tercatat Rp 472,37 miliar atau naik dari periode tahun sebelumnya Rp 305,83 miliar. Total ekuitas perusahaan tercatat Rp 1,6 triliun atau naik dari Rp 1,4 triliun. Sementara itu, liabilitas perusahaan juga meningkat dari Rp 3,73 triliun menjadi Rp 3,98 triliun.

ASSA merupakan bagian dari Grup Triputra yang mulai beroperasi pada 2003 dengan merek Adira Rent, kemudian berubah menjadi ASSA Rent pada 2010. Adi Sarana Armada bergerak dalam bidang aktivitas sewa guna tanpa hak opsi mobil, bus, truk, dan sebagainya. Selain itu, perdagangan besar mobil bekas, angkutan bermotor untuk barang umum, aktivitas sewa guna usaha alat transportasi darat, konsultasi transportasi, dan reparasi mobil.